"AR sangat trauma pasca kejadian tersebut," ungkap Erry.
Erry menyampaikan bahwa Ar sempat ke Tanjungpinang untuk melanjutkan sekolahnya.
Namun dikarenakan nilai tidak mencukupi, Ar berencana mengambil paket C di Batam.
“Tapi, paket C itu pilihan terakhir Ar, menurut saya ini harus ada solusinya, saya sudah berkomunikasi dengan guru yang bersangkutan, bahkan kepala sekolahnya juga saya tegur,” terang Erry.
Erry juga menyampaikan apa yang dialami Ar bertentangan dengan Perda perlindungan anak.
Ia juga berharap tidak ada lagi anak yang harus putus sekolah karena sebuah masalah yang dianggapnya masih bisa diselesaikan oleh pihak sekolah.
Erry justru menyampaikan apabila masalah ini harus menjadi pembelajaran juga untuk guru-guru yang lain.
“Setidaknya kasus ini dapat menjadi contoh untuk guru-guru lainnya agar tidak memperlakukan anak-anak didiknya di depan umum,” pungkas Erry.
(*)
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Novia |
Editor | : | Nurul Nareswari |