Grid.ID - Upaya evakuasi 245 Warga Negara Indonesia (WNI) di Wuhan yang dilakukan pemerintah Indonesia pada Sabtu (1/2/2020) lalu berjalan lancar.
Proses evakuasi WNI di Wuhan tersebut dilakukan oleh Kementrian Luar Negeri (Kemenlu) bersama 18 awak kabin Batik Air, Kementrian Kesehatan, BNPB, dan TNI Angkatan Udara.
Meski telah berhasil dievakuasi dari Wuhan, 245 WNI masih harus diobservasi terlebih dahulu di Natuna.
Melansir laman Kompas.com, evakuasi 245 WNI di China dilakukan hanya sekali menggunakan pesawat dengan badan besar (Airbus A330) yang dapat menampung 300 penumpang.
Pesawat tersebut berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Banten, dan tiba di Wuhan Tianhe International Airport sekitar pukul 19.00 waktu setempat.
"Pesawat sudah mendarat di Tianhe, Wuhan pukul 19.00 (waktu setempat)," ujar Corporate Communications Strategic of Batik Air, Danang Mandala Prihantoro, saat dikonfirmasi, Sabtu (1/2/2020).
Misi kemanusiaan ini dilakukan dengan pertaruhan nyawa para relawannya.
Bagiamana tidak, besar kemungkinan para relawan tersebut juga ikut terpapar virus corona, ketika berada di Wuhan untuk mengevakuasi para WNI.
Hal paling berat yang harus dilakukan para relawan adalah izin kepada keluarga.
Baca Juga: Sibuk Urusi Pasien Virus Corona yang Membludak, Dokter Ini Rela Jalani Upacara Pernikahan 10 Menit
Bahkan ada salah seorang anggota TNI AU harus berbohong kepada keluarganya.
Ya, pengalaman tersebut diceritakan oleh Kol PNB Eko Adi Nugroho, Atase Udara KBRI Beijing dalam tayangan Kompas TV, yang kemudian diunggah di kanal Youtube pada Rabu (19/2/2020).
"Perasaan bapak gimana? Komitnya ke keluarga seperti apa?" tanya Mysister Tarigan, Jurnalis Kompas TV.
"Saya tidak pernah bilang kalau saya mau ke Wuhan," ungkap Kol PNB Eko Adi Nugroho, Atase Udara KBRI Beijing.
Mendengar pernyataan Eko, Mysister langsung tertawa.
"Sekarang udah ketahuan ya, bahwa bapak ini berbohong ya," sahut Mysister.
"Ada saatnya begitu (berbohong)," jawab Eko.
Eko pun mengungkapkan bahwa ia baru mempersiapkan kepergiannya dua hari sebelum keberangkatan.
"Jadi keluarga saya nanya 'mau kemana?', karena H-2 saya baru persiapan, baru beres-beres koper.
"Saya bilang kita akan nyusul pak Lambang, yang saat itu masuk duluan di Changsha," kata Eko.
Hal itu dilakukan Eko lantaran tak ingin membuat keluarga cemas.
Apalagi banyak berita hoax yang beredar, yang membuat keluarganya semakin was-was.
"Kita mau masuk ke Bosaja di Changsha. Karena saya harus menjaga psikis dan psikologis keluarga.
"Karena bagaimanapun juga, banyak sekali berita yang betul maupun yang hoax yang mau tidak mau dibaca keluarga.
"Jadi mau tidak mau itu jalan yang saya pikir tepat, jadi saya tidak sampaikan kalau saya ke Wuhan," ungkap Eko.
Ia mengaku baru memberi tahu keluarganya ketika bertemu dengan pihak kedutaan besar Indonesia, dan harus membuat laporan.
"Tahunya setelah di sana, ketika bertemu pak Dubes dan ada laporannya," tandasnya.
Pengorbanan para relawan yang mengevakuasi WNI dari Wuhan kini membuahkan hasil.
Para relawan mendapat ganjaran berupa penghargaan Adikarya Dirgantara Adhirajasa pada Senin (17/2/2020) kemarin.
(*)
Source | : | Kompas.com,Kompas TV |
Penulis | : | Nopsi Marga |
Editor | : | Nopsi Marga |