Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman, mengatakan, penyakit yang saat ini menyebabkan tujuh kematian dan puluhan orang terinfeksi di China ini bukanlah penyakit baru.
Baca Juga: Dwi Andika Merasa Kasus Vanessa Angel Bisa Dijadikan Pelajaran untuk Warga Indonesia
"Dikenal dengan STFS virus, termasuk kategori bunyavirus dan sudah dikenal sejak 2011," kata Dicky, Sabtu (8/8/2020).
Ia menuturkan, kasus pertama penyakit ini ditemukan pada 2009 dan virusnya sudah diisolasi pada 2011.
Kasus serupa juga pernah terjadi pada 2013 di Jepang, dan Korea Selatan.
Dicky mengatakan, yang harus diwaspadai dari penyakit ini adalah potensi penularan dari manusia ke manusia, artinya memiliki potensi untuk menyebar ke wilayah lain.
"Namun, dari sisi mekanisme penularannya, maka potensi adanya wabah berskala besar relatif kecil. Termasuk potensi masuk ke Indonesia relatif masih kecil," kata Dicky.
Ia menjelaskan, virus ini menular lewat paparan darah dan mukosa penderita.
Penularan juga hanya dapat terjadi lewat adanya paparan terhadap luka dan saluran pernafasan.
"Gejala yang terjadi berupa demam, batuk, dan gejala mirip flu," jelas Dicky.
Baca Juga: Panggil Irwan Mussry dengan Sapaan Daddy, Dul Jaelani Ogah Sebut Mulan Jameela Mama: Masih Sungkan
Source | : | Kompas.com,times of india,covid19.go.id |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |