Syahdu. Itulah kesan pertama usai menonton Hujan di Balik Jendela.
Ilustrasi musik yang dominan denting piano dan petikan gitar efektif membangkitkan suasana penuh cinta, meski adegan yang tersaji di layar pengkhianatan.
Nuansa akustik dalam score film terasa menyatu dengan adegan yang digulir.
Sunu mengemas adegan perselingkuhan dengan lembut, sehingga batas protagonis dan antagonisnya menjadi gradasi.
Penonton mau menyalahkan pelaku pun jadi tidak tega, meski hati mereka membela korban.
Pertikaian disajikan minim teriakan, emosi datang dari dialog tatap muka dan kontak mata. Clara, Bio One, dan Yasamin memberikan penjiwaan yang apik. Tatapan Yasamin ke Clara atau amarah Clara mengetahui dirinya dikerjai, misalnya.
Perubahan sorot mata dari kesepian lalu terisi kembali membuat kita berempati akan nasib pilunya. Ekspresi Bio saat membaca surat menyiratkan kehilangan dan pedih yang melumuri benaknya.
Ketiga karakter ini menjadi poros cerita dan konsisten hingga menit-menit akhir. Karena kisah Hujan di Balik Jendela berfokus pada tiga wajah berikut hati mereka.
Dibuka dengan adegan mempelai laki-laki, kita tak melihat bagaimana pernikahan itu terjadi. Pun latar belakang tokoh utama diuntai dalam dialog.
Namun keputusan akhir yang diambil para tokoh terbilang logis. Keunggulan lain film ini, latar agama dan budaya. Di tengah fanatisme yang belakangan memekat, melihat adegan ibadah di kelenteng berikut suasana khusuk dalam doa membuat hati adem.
Baca Juga: Anang Hermansyah Jalani Tes Swab PCR Usai Anak dan Istrinya Dinyatakan Positif Covid-19
Hujan di Balik Jendela cukup berhasil menjadi film romantis, syahdu, dengan interaksi antartokoh yang intens. Pas untuk dinikmati bersama Valentine. Siapkan berondong, minuman, dan redupkan lampu kamar.
Clara Bernadeth, mengaku mengalami kesulitan saat mendalami karakter tokoh Gisel.” Tokoh yang saya perankan inikan mengalami trauma atas kejadian tahun 1998.
Sedangkan saya tidak mengalami itu. Jadi sempat kesulitan juga mendalami karakternya. Tapi, setelah saya melakukan riset dan saat reading juga diberi banyak masukan, akhirnya semua bisa berjalan lancar,” ungkapnya.
Berbeda dengan Clara, Bio One justru sangat kesulitan keluar dari karakter Dika usai syuting.” Saya sekarang pakai kacamata, karena susah membedakan karakter saya dengan Dika. Karena, saya memang menggunakan kacamata,” tutupnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Popi |