“Semakin tinggi jam terbang kita dalam pandemi, akan semakin baik pula kemampuan kita menilai situasi sekitar. Misalnya, kita tahu tempat yang berpotensi adanya penularan atau menilai kapan aman untuk membuka masker," ujarnya.
Selain kesadaran memakai masker dan menilai situasi sekitar, Falla menegaskan masyarakat juga perlu lebih waspada dalam bermobilitas. Pasalnya, peningkatan mobilitas merupakan salah satu pemicu utama pertambahan kasus Covid-19.
"Pemerintah juga telah meniadakan cuti Natal dan Tahun Baru (Nataru) untuk mencegah mobilitas yang berlebihan. Energi euforia akhir tahun bisa dialihkan ke hal-hal yang lebih aman. Kita harus waspada bahwa pandemi masih ada, potensi kenaikan kasus selalu ada," ungkapnya.
Kesehatan mental juga perlu diperhatikan
Dalam kesempatan yang sama, upaya menjaga kesehatan mental di tengah pandemi juga turut dibahas. Pasalnya, kesehatan fisik juga perlu didukung dengan kondisi mental yang sehat.
Co-founder dan Director Pijar Psikologi Regis Machdy mengatakan, gangguan kesehatan mental dan depresi meningkat hingga 6 persen selama pandemi.
Menurut Regis, alasannya beragam, mulai dari kehilangan pekerjaan, kerabat, hingga "shock" akibat kehidupan yang berubah total sejak pandemi.
"Karena itu, pihak kami berupaya memberikan edukasi dan ruang yang aman bagi masyarakat untuk berkonsultasi serta bercerita terkait kesehatan mental," ujarnya.
Regis juga menekankan pentingnya memiliki pola pikir optimistis bahwa setiap manusia menghadapi bermacam jenis cobaan. Setiap cobaan pun memiliki jalan keluar yang akan menyelamatkan kita.
"Diharapkan, seluruh masyarakat saling bekerja sama berupaya menjaga kesehatan fisik, mental, dan terus saling mengingatkan," kata Regis.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |