Polly, yang diterbangkan ke rumah sakit di Brisbane, Australia, mengalami luka bakar hingga 43 persen dari tubuhnya dan membutuhkan 11 kali operasi.
Saat dia berada di rumah sakit itulah dia mengetahui bahwa Dan dan teman-temannya telah meninggal.
Dia mengatakan bahwa bagian tersulit saat melihat kisahnya di TV bukanlah adegan pengebomannya, tetapi penggambaran tahun-tahun penuh kesedihan dan rasa sakit hati yang mengikutinya.
"Saya sudah sering membicarakan tentang ledakan itu, itu adalah bagian dari konseling saya, jadi menontonnya tidak masalah,
Hal yang saya rasa sulit adalah syuting saya kembali ke London ketika saya sangat sedih dan hidup terasa kelabu,
Saya terlempar kembali menangis di tempat tidur saya, membaca surat-surat belasungkawa dan menulis surat kepada Dan, saya patah hati, jiwa saya hancur,
Saya sering berbaring di tempat tidur dan mengatakan kepada ibu saya bahwa saya berharap saya tidak ada,
Dia luar biasa dan dia sering berkata, 'Saya sangat senang kamu masih di sini, dan dengan nafas terakhir saya, saya akan membuatmu bahagia lagi',
Hidup saya berubah dari kehidupan yang sempurna, dibesarkan dengan baik, kuliah di universitas, berkeliling Asia, menikah, dan kemudian dalam sekejap semuanya hancur berkeping-keping,
Butuh waktu yang lama dan kekuatan yang besar untuk perlahan-lahan menyusunnya kembali,
Tapi itu tidak pernah hilang. Itu masih muncul dari waktu ke waktu,
Saya merasa sangat beruntung memiliki tunangan yang baik sekarang yang membawa saya dengan semua beban saya," kata Polly.
Artikel ini telah tayang di laman TribunTrends dengan judul: Kisah Wanita Baru Menikah 5 Minggu, Suami Wafat saat Bom Bali, 20 Tahun Berlalu Akhirnya Nikah Lagi (*)