Tingkat urgensi kedua menunjukkan lapisan paling serius menyasar pada anak, remaja, dan usia produktif (dewasa yang bekerja).
Peningkatan kasus kejiwaan terjadi di berbagai tahap/siklus hidup.
Peningkatan besaran masalah kesehatan jiwa terjadi pada usia remaja dan produktif.
"Urgensi ketiga adalah minimnya edukasi dan distribusi informasi yang tidak tepat," kata Ray lagi.
Sementara dua urgensi lainnya, isu kesehatan jiwa menjadi prioritas masalah di dunia tetapi belum menjadi prioritas di Indonesia. Dan yang terakhir, penyebab masalah kesehatan jiwa di Indonesia berkaitan erat dengan persoalan ekonomi, sosial, dan budaya.
Tiga esensi kunci yang menjadi faktor pendorong tingkatnya urgensi masalah kesehatan jiwa
adalah:
Baca Juga: Ogah Sama Bocil, Raffi Ahmad Tantang Ariel Noah Adu Tinju di Atas Ring, Netizen Beri Komentar!
1. Adanya stigma yang luas dan masif terhadap penderita gangguan kesehatan jiwa.
2. Lingkungan spesifik terutama pada tingkat keluarga, sekolah, dan tempat kerja yang sebagian besar tidak ramah kesehatan jiwa.
3. Fenomena self-diagnostic terutama terjadi di kalangan, remaja, anak sekolah, dan pekerja.
Yang menarik, dari sekian banyak matriks isu prioritas dan esensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia, terselip beberapa komponen, seperti penggunaan gawai tak terkontrol pada anak dan remaja, beban generasi sandwich, pencarian jati diri, pengaruh media sosial, serta problem emosi, perilaku dan kekerasan berbasis keluarga.
Temuan kelompok faktorial ini secara langsung mengoneksikan benturan nilai antargenerasi, yang terintegrasi dengan teknologi digital dan sosial media, terhadap isu prioritas kesehatan jiwa anak muda Indonesia.
(*)
Penulis | : | Dianita Anggraeni |
Editor | : | Dianita Anggraeni |