Seorang ibu memegang anaknya saat gelombang panas di Karachi, Pakistan
Grid.ID - Gelombang panas melanda Asia selatan dan telah menewaskan puluhan orang.
Suhu udara terus menerus naik hingga di atas 40'C.
Dikutip dari media Guardian, setidaknya 65 orang telah meninggal dunia di Karachi, Pakistan dalam beberapa hari terakhir dan jumlahnya bisa lebih meningkat.
Pihak berwenang di Karachi belum mengkonfirmasi jumlah korban tewas tetapi mendesak orang untuk tinggal di dalam rumah dan terus minum air.
Suhu udara yang tinggi diperburuk oleh tidak adanya ruang hijau.
Di Pakistan hanya ada sekitar 7% ruang terbuka hijau dari keseluruhan wilayah perkotaan.
Para ahli mengatakan jika fenomena 'pulau panas perkotaan' sebagai salah satu pemicu mengapa Karachi mengalami gelombang panas.
Fenomena 'pulau panas perkotaan' adalah daerah populasi tinggi yang bersuhu lebih tinggi dari daerah pedesaan yang ada di sekitarnya.
Karena penumpukan panas berlebih, proses industri warga, penebangan pohon dan minimnya vegetasi membuat kelembaban menurun sehingga suhu panas terjadi.
Karachi, kota berpenduduk kira-kira 18 juta orang, merupakan kota terbesar dan tulang punggung ekonomi Pakistan.
Karachi adalah kota dengan luas hingga lebih dari 3000 kilometer persegi dan berada di dekat delta Indus yang mengarah ke Laut Arab.
Selain gelombang suhu panas, di beberapa kota juga mengalami pemadaman listrik, terutama pada saat pagi hari.
Gelombang suhu panas ini bertepatan saat umat Islam berpuasa menahan diri dari makan atau minum selama 15 jam.
Menurut The Edhi Foundation, sebagian besar penduduk yang meninggal adalah orang-orang dari kelas pekerja lingkungan yang lebih miskin, termasuk anak-anak dan orang tua.
"Mereka bekerja di sekitar pemanas dan boiler di pabrik-pabrik tekstil selama delapan hingga sembilan jam kerja," kata Faisal Edhi, kepala yayasan The Endhi Foundation yang dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Fazlullah Pechuho, Menteri Kesehatan Provinsi Sindh, membantah bahwa ada yang meninggal dunia.
Pemerintah juga memperdebatkan jumlah korban tewas dan mengatakan pemicu kematian disebabkan bukan karena dehidrasi.
Shahid Abbas, seorang pejabat senior di Departemen Meteorologi Pakistan, mengatakan bahwa gelombang panas diperkirakan akan berlanjut setidaknya selama 48 jam.
Gelombang panas disebabkan oleh sistem cuaca panas dari arah barat laut kota Karachi.
"Alasan utamanya adalah kelembaban rendah, dan udara kering memanas cukup cepat," kata Shahid Abbas yang dikutip dari Reuters.
Menurut Departemen Meteorologi, suhu panas yang mencapai 41 derajat celcius diperkirakan akan berlanjut hingga setidaknya Jumat pekan depan (29/05/2018).
Petugas penyelamat menasihati agar warga yang berpuasa menghindari paparan sinar matahari secara langsung.
Warga juga diharapkan menjaga kulitnya, terutama di kepala dan wajahnya tetap lembab.
Meski memperdebatkan jumlah korban jiwa, pemerintah Pakistan telah mendirikan kamp di seluruh kota yang tersedia air dan obat-obatan untuk mereka yang terkena dampak suhu panas.
Kejadian ini juga pernah dialami warga Pakistan pada Juni 2015.
Lebih dari 1.200 orang meninggal dunia karena suhu panas di Karachi. (*)