Masyarakat Dieng mensinyalir gejala alam yang menandai munculnya fenomena tahunan itu.
Menurut Bukhori, sejak tiga hari lalu, suhu di dataran tinggi Dieng amat panas.
Kemudian cuaca berubah mendung kehitaman, namun tiada angin berhembus kencang.
Fenomena bun upas juga ditandai penurunan suhu yang drastis.
BACA JUGA: Mengerikan, Lumpur Kawah Sileri Dieng Menyembur ke Pengunjung, Ini yang Terjadi
Bukhori mengatakan, suhu Dieng saat ini sangat dingin hingga membuat tubuh menggigil.
"Mulai tiga hari lalu panas banget, terus mendung kehitaman, sunyi gak ada angin ya jadi es. Tubuh menggigil terasa kaku,"katanya
Secara kasat mata, embun beku menampilkan pemandangan yang cantik karena tanaman hijau berubah mengkristal bak salju.
Tetapi fenomena ini justru melahirkan kecemasan bagi petani di Dieng.
BACA JUGA: Pertapa Mbah Fanani Kembali Lagi ke Dieng Setelah diculik Orang Tak Dikenal, Begini Ceritanya
Bun upas oleh petani bahkan disebut embun beracun lantaran bisa merusak tanaman pertanian.
Tanaman produktif warga yang kebanyakan berjenis kentang pun terancam mati.
Petani harus siap menanggung rugi karena gagal panen.
Padahal, rata-rata tanaman kentang warga telah berusia antara 1 bulan hingga 2 bulan.
BACA JUGA: Anggota DPRD Ini Mengaku Ketemu Mbah Fanani di Mekah dan Siap Mengembalikannya ke Dieng
Saat terik tiba, es yang melapisi tanaman akan mencair atau pecah.
Saat itu, tanaman biasanya akan langsung layu.
"Lahan saya kena sebagian,"katanya.(*)
Source | : | Twitter,kompas,Tribun Jateng |
Penulis | : | Dewi Lusmawati |
Editor | : | Dewi Lusmawati |