Laporan Wartawan Grid.ID, Esti Ayu Hutami
Grid.ID- Sisi lain dari wanita yang menjadi ibu negara pertama Republik Indonesia, Fatmawati.
Wanita asal Bengkulu yang telah menjadi ibu negara ketika menginjak usia 22 tahun ini sudah menunjukkan sikap kesederhanaan, kesahajaan, dan kemandirian pada kehidupan sehari-harinya.
Pada usia 23 tahun Fatmawati menghadapai tantangan terbesar dalam hidupnya ikut terlibat dalam sejarah dirinya berhasil membangun tradisi rumah tangga kepresidenan dari nol.
Tentunya ketangguhan Soekarno yang menghadapi berbagai masalah kenegaraan seperti peristiwa 3 Juli dan pemberontakan PKI Madiun juga tidak terlepas dari peran Fatmawati sebagai pendamping. Seperti yang ditulis Kompas.com.
(BACA JUGA: Menteri Keuangan Sri Mulyani Ungkapkan Pertama Dalam Sejarah Indonesia, Angka Kemiskinan di Bawah 10%)
Dalam masa pendudukan Jepang, peran historis Fatmawati juga dapat ditelusuri dalam bendera pusaka Merah Putih yang dijahit sendiri olehnya dan dikibarkan pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Pertemuannya dengan Soekarno di awali ketika Bung Karno diasingkan ke Bengkulu bersama keluarga dan istrinya saat itu yaitu Inggit Ganarsih.
Pertemuan pertama kali ini terjadi tahun 1939, Fatmawati yang seumuran dengan anak angkat pertama Bung Karno yaitu Ratna bermaksud untuk melajutkan sekolah di RK Volkskool, Bengkulu.
Fatmawati pun hidup menumpang di rumah Soekarno tinggal bersama kelaurga Soekarno.
(BACA JUGA: 4 Kesalahan Dalam Mengatur Keuangan di Usia 20an Ini Bisa Bikin Kamu Menyesal di Masa Depan)
Awal pertemuan ini sudah menjadi jalan cinta pertama Soekarno merasakan ada yang berbeda dalam hatinya, tapi Soekarno tetap memperlakukan Fatmawati saat itu seperti anaknya sendiri.
Seiring watku, Fatmawati semakin akrab dengan keluarga barunya itu, lebih-lebih dengan Soekarno.
Hingga suatu hari, Fatmawati mendapat kabar ada seorang pemuda hendak melamarnya.
Menanggapi hal itu, Hassan Din sang ayah kandung Fatmawati menyarankan Fatmawati agar meminta nasihat Soekarno.
(BACA JUGA: Siapa Sangka Ternyata Orang yang Cenderung Pemalas Punya Potensi Besar Untuk Sukses loh, Ini 5 Alasannya)
Hal ini karena Soekarno akrab dengan orangtua Fatmawati tersebut, yang merupakan seorang Wedana di Bengkulu.
“Pak, Fat ingin minta pendapat Bapak serta pandangan Bapak tentang seorang pemuda yang ingin meminangku. Bagaimanakah sifat dan tingkah laku pemuda itu sehari-hari?” kata Fat seperti terungkap dalam buku Fatmawati, Catatan Kecil Bersama Bung Karno.
Seperti yang dikutip dari intisari, Soekarno lantas terdiam, menundukkan kepala di atas meja selama beberapa menit.
Fatmawati yang bingung atas reaksi itu memberanikan diri bertanya, apakah Bung Karno sedang sakit.
Soekarno mengangkat kepalanya dengan mata berkaca-kaca.
“Begini, Fat. Sebenarnya aku sudah jatuh cinta padamu sejak pertama aku bertemu denganmu, waktu kau pertama kali ke rumahku dahulu pertama kali. Saat itu kau terlau muda untuk menerima pernyataan cintaku. Oleh sebab itu aku tidak mau mengutarakannya. Nah baru sekarang inilah aku menyatakan cinta padamu, Fat.”
“Apakah kau cinta padaku?”
Tentu saja Fatmawati terkejut bukan main, niatnya ingin minta nasehat, dengan penuh keheranan, ia menjawab. “Bagaimana Fat cinta pada Bapak? Bukankah Bapak mempunyai anak dan istri?”
Soekarno menceritakan ernikahannya dnegan inggit yang sudah berjalan 18 tahun dan belum dikaruniai keturuan. Serta sudah sering Soekarno mendengar permintaan buah hati dari sang ibu.
Rupanya fatmawati pun juga mencintai soekarno.
“Aku baru akan menyetujui apabila Bung Karno bercerai baik-baik dengan Ibu Inggit. Aku tidak dapat menerima poligami. Aku tidak akan dimadu,” ujarnya dalam buku Fatmawati Sukarno, The First Lady yang ditulis Arifin Suryo Nugroho.
Inggit pun juga lebih memilih pulang ke rumah orang tuaya di Bandung.
Pernikahn Soekarno dan Fatmawati dilakukan jarak jauh dengan posisi Fatmawati saat itu masih berada di Bengkulu dan Soekarno di Jakarta.
Melalui telegram, Soekarno meminta seorang teman untuk menjadi wakilnya yaitu Opseter sardjono.
Opseter mengunjungi rumah Fatmawati dan menunjukkan telegram dari Soekarno tersebut.
Orangtua Fatmawati menyetujui gagasan itu. Pernikahan itu pun dilangsungkan dan keduanya akhirnya terikat tali perkawinan.
Source | : | Kompas.com,intisari |
Penulis | : | Esti Ayu Hutami |
Editor | : | Fahrisa Surya |