Dari kelompok ini, yang terkenal misalnya berjusul Witaradya, Kalatida dan Joyoboyo. Kecuali pengelompokan seperti tersebut di muka, ada 13 buku tulisan Ronggowarsito sudah sempat diterbitkan dalam ujud cetakan. Beberapa diantaranya sudah termasuk kelompok diatas.
Beberapa lagi semisal buku berjudul Sidin pengetahuan tentang kesusasteraan dicetak oleh HG Bomm Amsterdam pada tahun 1882. Dan buku berjudul Saridin, mengetengahkan pendidikan kesusilaan, dicetak oleh Muller, Nederland ditahun 1858.
Manakah buku karangan Ronggowarsito yang paling menonjol? Sulit disebutkan secara pasti, karena ada beberapa alasan yang membatasi disamping soal selera. Buku berjudul Pustaka Raja misalnya, cukup mengesankan. Karena keluar sampai sebanyak 29 buku, terbagi dalam 9 jilid dengan jumlah halaman tidak kurang dari 2.000.
Atau buku Sabdajati, yang berisi tembang Megatruh. Dimana pada pupuh ke 16 sampai ke 19, Ronggowarsito dalam puisinya telah menyebutkan secara jelas bahwa ia akan meninggal dunia pada Rebo Pon, tanggal 5 Dulka'idah tahun 1802. Lengkap dengan saat kematiannya, waktu dhuhur, serta perhitungan-perhitungan lain.
Baca Juga : Perhatian, Tubuh Memberikan Sinyal ini Jika Kita Mengidap Tumor Otak
Walaupun demikian, untuk orang awam, mereka merasakan lebih dekat dengan karya Ronggowarsito berjudul Kalatida, terutama kepada pupuh ke 7 dalam naskah tersebut. Dimana pujangga ini menulis tentang adanya jaman edan. Mengapa ia sampai menyebutnya demikian?
Terlibat indikasi
Pupuh ke 7 dari Kalatida berbunyi:
A menangi jaman edan, ewuh aya ing pambudi, Melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni, soya kaduman melik, kaliren wekasanipun, Oilalah kersa Allah, begja-begjane kang lali, luwih begja kang eling Ian waspada.
Terjemahan bebasnya kurang lebih adalah:
Mengalami jaman edan, sangat mempersulit segala usaha, ikut gila tidak tahan, tapi jika tidak ikut, lenyap kemungkinan mendapatkan hasil, yang terjadi hanyalah kelaparan. Meskipun demikian takdir kehendak Tuhan, betapapun bahagia mereka yang terlupa, masih berbahagia mereka yang sadar dan waspada.
Mungkin, ada mereka yang tetap menduga, jaman edan yang disebutkan oleh Pujangga Ronggowarsito berlaku masa kini. Tegasnya, tahun 1975 adalahh jaman edan. Tentu saja, kemungkinan semacam itu tetap tidak tertutup. Orang bebas menduga dan memperkirakan, kapan jaman edan berlangsung.
Source | : | intisari |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |