Find Us On Social Media :

4 Aktivis Ini Tewas Mengenaskan di Tengah Perjuangannya, Kisahnya Masih Jadi Misteri Sampai Kini

By Okki Margaretha, Senin, 1 Mei 2017 | 19:45 WIB

Empat aktivis ini meninggal dunia dengan mengenaskan di tengah perjuangannya. (atas ki-ka) Fuad Muhammad Syafruddin dan Jopi Peranginangin. (bawah ki-ka) Marsinah dan Munir.

Laporan Wartawan Grid.ID, Ries Mariana

Grid.ID - Perjuangan para aktivis untuk memperoleh hak-haknya tak selalu mulus.

Banyak kerikil-kerikil tajam yang harus mereka lalui. 

(BACA JUGA Demo Hari Buruh, 100 Ribu Demostran Kepung 3 Lokasi, Inilah Simpul Kemacetan di Jakarta)

Diusir, disemprot gas air mata,  pemukulan, sampai penculikan. 

Bahkan nyawa pun harus dipertaruhkan.

Berikut ini aktivis yang meninggal pada tahun 90-an hingga tahun 2000-an, saat memperjuangkan hak-hak mereka.

Marsinah (24)

Buruh pabrik PT. Catur Putra Surya (PT CPS) yang ditemukan tewas secara mengenaskan tanggal 8 Mei 1993.

Perjuangannya untuk menuntut kenaikan upah harus dibayar dengan nyawa.

Ia meninggal setelah diculik selama tiga hari.

(BACA JUGA Masih Ingat Kasus Marsinah? Kepergian Wanita Pejuang Hak Buruh ini Masih Meninggalkan Misteri)

Jasadnya ditemukan di hutan, Dusun Jegong, Desa Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur.

Luka yang diderita sangat berat, pada bagian alat vitalnya ditembak dan ditusuk dengan benda tumpul.

Namun, sampai saat ini, kematian Marsinah tetap menjadi misteri.

Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin (35)

Kematian Udin, demikian panggilan akrab Fuad Muhammad Syafruddin, meninggal di tengah melaksanakan tugas jurnalistik.

Wartawan surat kabar Harian Bernas, yang ketika itu tergabung dalam Kelompok Koran daerah Kompas Gramedia ini mengenaskan, pada tanggal 16 Agustus 1996, setelah mendapat siksaan. 

Kematiannya terkait dengan tulisannya tentang pemberitaan Bupati Bantul Sri Roso Sudarmo.

(BACA JUGA Selangkah Menuju Balai Kota, Demo Buruh Padati Patung Kuda, Lalu Lintas Dialihkan)

Lagi-lagi kasus ini direkayasa. 

Udin seolah dituduh berselingkuh dengan Sunarti (istri seorang yang dijadikan tersangka bernama Iwik, red). 

Ternyata belakangan, Iwik mengaku bahwa ia mendapat tekanan dan dipaksa mengaku oleh reserse Polres Bantul, Edy Wuryanto, ketika itu.

Kasus ini pun seolah dibuat kabur, dan hilang ditelan waktu.

Munir (38)

Pada tahun 2004 pembunuhan aktivis kembali terjadi.

Tokoh pejuang HAM dan Direktur Eksekutif Imparsial, Munir, meninggal pada tanggal 7 September 2004 .

Ia meninggal di kabin pesawat Garuda Indonesia, saat dalam perjalanan dari Jakarta menuju Amsterdam, Belanda.

(BACA JUGA Buruh Pasang Sekrup di Pabrik iPhone Gajinya Hampir Rp 6 Juta, Masih Ada Lainnya Loh )

Munir sengaja dibunuh dengan zat beracun jenis arsenik.

Sesuai visum et repertum yang dilakukan oleh Nederlands Forensisch Instituut, dalam tubuh Munir ditemukan zat beracun yang mematikan itu.

Diduga pembunuhan terhadap Munir ini terkait dengan  kasus pelanggaran HAM di Aceh, Papua, Timor Timur, dan kasus orang hilang yang sedang diperjuangkannya.

(BACA JUGA Sangat Mengerikan, Tak Kuat Menahan Nafsu Gara-gara Rajin Nonton Film Porno, Buruh Pabrik Renggut Kesucian Siswi SMA)

 Opini masyarakat pun digiring ke Pollycarpus Budhihari Priyanto, pilot Garuda Indonesia yang menerbangkan pesawat yang ditumpangi Munir.

Pollycarpus dituduh sebagai dalang pembunuhan Munir, dan ia dijatuhi hukuman 14 tahun penjara.

Jopi Peranginangin

Sebagai aktivis lingkungan hidup dari Sawit Watch, Jopi dikenal sangat vokal, bicaranya kritis.

Aktivis yang tergabung di lembaga Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) ini aktif menyuarakan hak-hak petani .

Pada bulan Mei 2015, Jopi ditemukan dalam keadaan yang mengenaskan dengan luka tusuk.

(BACA JUGA Demi Peningkatan Taraf Hidup Layak, Ini 3 Tuntutan Buruh, Nomor 3 Masih Alot)

Terdapat bekas luka akibat pukulan bayonet pada punggungnya.

Sampai kini kasusnya belum jelas penyelesaiannya.

Selain beberapa aktivis yang meninggal di tengah berjuang memperjuangkan kebenaran, ada juga aktivis korban penculikan yang hingga kini masih belum ditemukan keberadaannya.

Mereka hilang sejak tahun 1998 silam. (*)