Find Us On Social Media :

Jangan Bangga Dulu, Bisa Jadi Hape Keren Kamu Hasil Eksploitasi Buruh Anak, Ini Penjelasannya

By Kama, Senin, 1 Mei 2017 | 23:34 WIB

Eksploitasi Buruh Anak di Kongo

"Saya bisa bekerja 24 jam penuh, datang pagi dan pulang keesokan paginya,” kata dia, sebagaimana tertera pada situs resmi lembaga pegiat hak asasi Amnesty USA, dan dihimpun KompasTekno, Rabu (20/1/2016).

“Ibu angkat saya ingin saya sekolah, tapi ayah angkat saya memaksa saya bekerja di tambang," lanjutnya.

(BACA JUGA: Eh, Gempita Juga Kirim Karangan Bunga Untuk Ahok dan Djarot Loh! Ini Dia Kata-kata Lucunya)

Eksploitasi anak menjadi lumrah di Kongo.

Utamanya di industri-industri pertambangan kobalt.

Negara di Afrika Tengah tersebut memang dikenal sebagai produsen kobalt terbesar di dunia.

Salah satu yang terbesar adalah Huayou Cobalt.

Huayou menyuplai kobalt ke tiga perusahaan komponen baterai lithium.

Masing-masing adalah Ningbo Shanshan dan Tianjin Bamo dari China, serta L&F Materials dari Korea Selatan.

(BACA JUGA: Seperti Pertanda, Status Facebook Terakhir Siti Masitoh Korban Kecelakaan Puncak, Isinya 'Melayang-Layang')

Pada 2013 lalu, ketiga perusahaan tersebut membeli lebih dari 90 juta dollar AS atau setara Rp 1,2 triliun kobalt dari Huayou.

Lalu, bagaimana dengan vendor-vendor smartphone yang menikmati proses akhir dari kobalt?