Find Us On Social Media :

Teater Perempuan-Perempuan Chairil Siap Pentaskan Kebebasan Hidup Sang Penyair!

By Al Sobry, Rabu, 1 November 2017 | 20:23 WIB

Cuplikan Perempuan-Perempuan Chairil

“Dengan semangat itulah sampai hari ini kita masih bisa mendengar deru dan gelora semangatnya di balik puisi-puisinya, seperti sajak Aku,Diponegoro, Perjanjian dengan Bung Karno, Krawang-Bekasi. Begitu pula dengan sejumlah sajaknya yang mengungkapkan harapan dan kecemasan manusia, Derai-derai Cemara, Senja di Pelabuhan Kecil atau Do’a.

(Kembali Perankan Tokoh Besar, Ini Alasan Reza Rahadian Berani Perankan Tokoh Chairil Anwar)

Dalam karya yang ditinggalkannya itu, Chairil menyuarakan situasi kemanusiaan di ruang masa silam yang gemanya masih bisa kita maknai sampai hari ini.

Gema yang mengajak kita merenungi apa sebenarnya kebebasan itu, serta bagaimana pertaruhan di dalamnya, juga apa serta bagaimana sesungguhnya penderitaan dan harapan manusia itu, seperti yang gumamnya ‘Sebelum akhirnya kita menyerah’.

Nah, terinspirasi dari buku berjudul “Chairil” karya Hasan Aspahani itu penulisan naskah pertunjukan digarap oleh Agus Noor dan Hasan Aspahani lalu diperkuat pula oleh kehadiran penyair Ahda Imran.

Ketiga sastrawan tersebut menjadi tiga serangkai yang memberi fondasi kuat bagi lahirnya pertunjukan Perempuan Perempuan Chairil.

Dari fondasi itulah para pemain mendapat semangat, meski di tengah jadwal mereka yang ketat, namun setiap pemain memperlihatkan konsistensi mereka, lebur ke dalam panggung demi memasuki dunia Chairil.

Di sisi lain, sutradara, Agus Noor menyebut lakon dalam Perempuan Perempuan Chairil ini sebagai ‘biografi puitik’ dimana adegan dan percakapan dihidupkan kembali berdasarkan puisi-puisi Chairil.

“Dengan pendekatan biografi puitik ini, penulisan lakon menjadi memiliki fleksibilitas tafsir, karena takterlalu terbebani untuk menginformasikan sebanyak mungkin fakta-fakta seputar Chairil. Fakta-fakta dirujuk untuk mempertegas adegan, percakapan dan konflik. Pergulatan batin dan kegelisahan Chairil (juga tokoh Ida, Sri, Mirat dan Hapsah) menjadi bisa dieksplorasi menjadi sebuah drama,” ulasnya.

Agus berpendapat, pertunjukan teater yang dibangunan itu punya nilai dramatika atau dramaturgi yang diharapkannya memikat.

Penasaran dengan kisah hidup Chairil, saksikan pertunjukannya ya! (*)