Find Us On Social Media :

Kisah Haru Mo, Relawan yang Menangis Usai Mandikan 47 Jenazah Korban Penembakan Masjid di Selandia Baru Selama 3 Hari Tanpa Tidur

By Irene Cynthia Hadi, Minggu, 24 Maret 2019 | 06:10 WIB

Prosesi pemakaman korban penembakan masjid di Selandia Baru

Laporan Reporter Grid.ID, Irene Cynthia Hadi

Grid.ID - Seminggu berlalu sejak penembakan dua masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (15/3/2019) lalu.

Dikutip dari Kompas.com, dalam kejadian itu, sebanyak 50 umat tewas saat melaksanakan salat Jumat.

Usai kejadian tersebut, banyak kisah pun mulai terungkap.

Baca Juga : Kawal Umat Muslim yang Hendak Shalat Jumat, Geng Motor Selandia Baru: Kami Akan Mendukung Saudara dan Saudari Muslim Kami

Mulai dari sosok sang pelaku, Brenton Tarrant yang nekat datang ke Australia sampai kisah terbaru yang datang dari pemandi jenazah.

Dikutip dari Channel News Asia, terungkap sosok Mo yang menjadi sang pemandi jenazah korban penembakan.

Mo menjadi salah satu anggota tim relawan yang bersedia datang dari Brisbane, Australia ke Selandia Baru demi memandikan jenazah.

Dalam kisahnya, Mo menceritakan bahwa ada 10 relawan dan 3 dokter yang membantu keluarga korban.

Baca Juga : Gangster Selandia Baru Ancam Bakal Habisi Brenton Tarrant di Penjara

Proses pembasuhan jenazah korban tersebut dibagi menjadi dua.

Sebanyak 47 jenazah laki-laki dimandikan dan disiapkan oleh tim pria sementara 3 jenazah perempuan dimandikan oleh tim wanita.

Tugas pertama adalah membersihkan luka tembakan yang dilakukan oleh petugas medis lokal.

Baca Juga : Masa Kecil Brenton Tarrant Si Pelaku Penembakan Masjid di Selandia Baru Terungkap, Pernah Jadi Korban Bully Seisi Desa Karena Berbadan Gendut

Kemudian bagian tubuh yang dibersihkan saat wudhu yakni muka, kaki dan tangan dibasuh dengan kain basah.

Tujuannya adalah agar mereka yang meninggal dapat memperoleh kemurnian untuk menuju ke surga.

Tubuh kemudian dibasuh sebanyak tiga kali.

Baca Juga : Berikan Pidato Emosional Sambil Menangis Pasca Penembakan di Christchurch, Polisi Selandia Baru : Saya Bangga Menjadi Muslim

Pertama dengan air kemudian dengan air yang dicampur ekstrak dari sebuah pohon yang dianggap sakral dan air kamper.

Terakhir, jenazah akan diberi parfum dan dibalut kain kafan.

Baca Juga : Sambil Berurai Air Mata, Chacha Frederica Ikut Rasakan Duka Korban Penembakan Selandia Baru

Mo dan para relawan hampir tidak tidur selama 3 malam lamanya.

Mereka membasuh para jenazah sejak pukul 8 pagi hingga 2 dini hari.

Dalam proses itu, ia mengakui para relawan menangis dan saling berpelukan satu sama lain.

Bagi mereka, ini adalah tugas yang telah mereka lakukan untuk para martir yang telah tiada itu....

(*)