Find Us On Social Media :

Masker Bahan Scuba Ternyata Kurang Efektif, Begini Penjelasan Ahli

By Devi Agustiana, Selasa, 14 April 2020 | 17:35 WIB

Tangkapan layar video tes ketahanan masker berbahan scuba.

Akibatnya, peluang partikulat virus untuk menembus masker pun disebutnya semakin besar.

“Jika pori kain makin besar maka peluang virus masuk akan besar,” ungkapnya.

Meski demikian, Nasir menyampaikan bahwa masker kain meskipun ia tak memiliki kerapatan layaknya masker N95 ataupun masker bedah, tetapi secara umum masker kain tetap memiliki kemampuan penyaringan yakni sekitar 50 sampai dengan 80 persen.

Namun yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan pemilihan bahan yang digunakan.

Baca Juga: Pasha Ungu Kini Tinggal di Istana Seluas 6 Hektar dengan Mantan Pramugari yang Diperlakukan Bak Seorang Ratu, Intip Rumah Masa Kecil Okie Agustina yang Terletak di Gang Sempit dan Tampak Usang

Lebih lanjut dia menyampaikan masyarakat dapat memilih masker kain dengan memilih kain yang rapat dan kaku sehingga tidak mudah terjadi streching kain maupun perubahan pori ketika masker dipakai.

Dia juga mencontohkan, untuk melihat kerapatan bahan yang akan dijadikan masker kain, juga dapat dilakukan dengan mengarahkan kain saat direnggangkan ke arah cahaya lampu.

“Kita bisa mengamati perubahan ukuran pori kain sebelum dan setelah peregangan,” jelasnya.

Lebih lanjut, pernyataan tersebut juga sama diutarakan Kepala anestesiologi di Wake Forest Baptist Health, Dr. Scott Segal yang kini tengah mempelajari masker buatan rumahan memberikan saran dalam memilih jenis bahan untuk masker kain.

Menurutnya, langkah pertama adalah merentangkan kain yang akan digunakan menghadap ke arah cahaya.

Jika cahaya menembus dengan mudah melalui serat kain, dan kita hampir bisa melihat serat-seratnya, artinya itu bukan bahan yang bagus digunakan untuk membuat masker.

Baca Juga: Percaya Diri Tampil Tanpa Polesan Make Up, Krisdayanti Bagikan Rahasia Miliki Wajah Glowing Bak Artis Korea di Usia ke 45

Sebaliknya, jika kain tersebut lebih padat dan tidak banyak menembus cahaya, bahan itu bisa digunakan.

"Jika itu adalah tenunan yang lebih padat dengan bahan yang lebih tebal dan tidak terlalu banyak cahaya menembus, artinya bahan itu bisa kita gunakan sebagai masker." Saran ini diungkapkan Segal seperti dikutip dari NY Times.

Jika memungkinkan, Segal menyarankan agar menggunakan kain katun quilting.

Sebab, quilting cenderung memiliki kualitas yang lebih baik dan serat yang rapat.

Saran ini juga didasari sebuah studi yang dilakukan di Wake Forest Institute for Regenerative Medicine.

Berdasarkan studi tersebut, masker kain buatan rumahan mempunyai kemampuan menyaring cukup baik, dalam pengujian tingkat penyaringannya mencapai 70-79%.

Jika ingin membuatnya sendiri, disarankan untuk menggunakan dua lapis katun quilting berkualitas yang dilapis kembali pada bagian dalam dengan flanel atau lapisan katun lainnya.