Find Us On Social Media :

Tak Disangka! Inilah Latar Belakang Kenapa Makan Ketupat Selalu Identik dengan Opor Ayam saat Lebaran, Ada Makna Kehidupan di Dalamnya

By Devi Agustiana, Jumat, 22 Mei 2020 | 10:10 WIB

Ketupat sudah menjadi makanan khas lebaran di Indonesia.

 Baca Juga: Nagita Slavina Terbiasa Mewah Sejak Lahir, Raffi Ahmad Sampai Rela PP ke Luar Negeri Saat Istrinya Ngidam

Ketupat, kata Wira, pada awalnya bernama kupat yang merupakan singkatan dari laku papat yaitu cipta (pikiran), rasa, karsa (sikap), dan karya (perbuatan) atau segala tindakan yang berhubungan dengan kehidupan diri sebagai manusia.

Sementara opor, berasal dari ajaran konsep kehidupan yaitu ‘apura-ingapura’ atau ‘ngapuro’ yang berarti maaf memaafkan.

“Sedangkan Lebaran diambil dari kata leburan, yaitu peleburan dosa-dosa kita. Itulah kenapa ketupat dan opor selalu disandingkan pada saat hari raya,” papar Chef Wira.

 Baca Juga: Lelang Keperawanan Rp 2 Miliar demi dapat Disumbangkan ke Korban Covid-19, Sosok Ini Bongkar Tujuan Selebgram Sarah Kiehl Sesungguhnya yang Bikin Publik Ambyar!

Ketupat dan opor konon telah dipasangkan bahkan pada masa pra-Islam. Ketupat dan opor dipasangkan karena maknanya meminta maaf atas segala kesalahan baik tindakan juga pikiran buruk atas sesuatu atau seseorang.

Menurut Chef Wira, opor sendiri merupakan bentuk asimilasi budaya orang-orang Nusantara.

Makanan yang diolah dengan santan ini, konon diadopsi dari Kerajaan Mughal di India.

Sajian tersebut bernama ‘qorma’ yang diambil dari bahasa Urdu yaitu teknik memasak daging dengan menggunakan yoghurt dan/atau susu.

Sementara di Nusantara, sajian qorma ini diasimilasi menjadi menggunakan santan.

 Baca Juga: BERITA TERPOPULER: Artis FTV yang Menghilang dan Mendadak Jadi Ibu Persit Sampai Curhatan Maia Estianty pada Guru Spiritualnya

Sebagai tips ketika memasaknya, gunakan kelapa yang tua karena memiliki kadar santan lebih banyak, aromanya lebih wangi, dan rasanya lebih gurih.

Hal ini karena komposisi santan kental dan encer juga menentukan kelezatan opor buatan kita.

Sajian ini mulai masuk ke Nusantara, menurut Chef Wira, sekitar abad ke-15 dan bisa ditemukan di daerah pesisir.

“Karena catatan abad ke-16 telah ramai saudagar-saudagar India yang berdagang di pesisir pantai,” pangkasnya.

(*)