Find Us On Social Media :

Hendak Menilik Sebuah Proyek, BPD di Tanjung Beringin Malah Kena Semprot Hingga Dipermalukan dan Dipameri Bokong Sang Kades

By Novia, Rabu, 24 Juni 2020 | 12:50 WIB

Anggota Satpol PP berjaga di depan pintu ruangan Camat Rupit, Kabupaten Muratara. Dalam ruangan ini dilaksanakan mediasi antara Kades dan BPD Desa Tanjung Beringin, Selasa (23/6/2020).

 

Laporan Wartawan Grid.ID, Novia Tri Astuti

Grid.ID - Perseteruan antara anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan seorang Kades di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) tengah menjadi sorotan.

Dalam perseteruan dan kesalah pahaman yang sedang terjadi, salah satu oknum disebutkan bertindak secara tidak etis.

Lima anggota BPD di Tanjung Beringin, Kecamatan Rupit kini merasa telah dipermalukan seorang Kades dalam kejadian tersebut.

Rahmadan selaku Ketua BPD di Desa Tanjung Beringin menuturkan, pihaknya telah mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan.

"Kami berlima dipanggil ke rumahnya, dia marah-marah tepuk meja, terus dia buka celananya, dia tunjukkan bokongnya ke muka kami," ujarnya.

Baca Juga: Pecicilan Joget Tik Tok Sampai Lompat-lompat dengan Perut Buncit, Zaskia Gotik Langsung Ditegur Netizen: Hamil Muda Hati-hati

Merasa tak terima dan telah dipermalukan atas kejadian tersebut, akhirnya Rahmadan melaporkan tindakan tersebut ke Pemerintah Kecamatan Rupit.

"Kami malu diperlakukan seperti itu, kami ini anggota BPD, otomatis lembaga BPD juga dipermalukan," ujarnya.

Rahmadan mengaku bahwa kejadian tersebut telah berlangsung pada Sabtu (20/6/2020) lalu.

Mulanya ia dan empat anggota lain datang kesana untuk mengecek proyek jalan yang ada di sana.

Mereka datang dengan tujuan hendak menanyakan berbagai persoalan pembangunan jalan rigit beton yang tengah dikerjakan di daerah tersebut.

"Tapi kami tidak bertemu dengan kepala tukangnya. Wajar kalau kami mengecek proyek itu, kami ini BPD, kami mau tau proyek itu dari mana, karena papan proyeknya tidak ada," ujarnya.

Baca Juga: Bak Tuai Karma Instan! Mayangsari Jatuh Bangun Pertahankan Bisnisnya Usai Dinikahi Bambang Trihatmodjo, Showroom Mobil Tutup hingga Banting Setir Buka Warung Makan

Lantaran tak bertemu kepala tukang, kelima anggota BPD itu kembali datang pada Minggu (21/6/2020).

Namun, di tengah perjalanan menuju proyek, mereka di telepon oleh Kades setempat agar datang kerumahnya.

"Nah pas kami di rumahnya, dia (Kades) marah-marah, dia dapat laporan dari pemborong menuduh kami mau nyetop proyek itu padahal tidak, ini salah paham saja," ujarnya.

Saat dikonfirmasi oleh Tribun Sumsel pada Rabu (24/6/2020), sang kades tak membantah kejadian tersebut, ia mengaku sudah dipanggil Camat, untuk melakukan mediasi.

"Saya sudah dipanggil Camat tadi, kami sudah mediasi di kantor Camat," ujarnya.

Dedi Andri selaku Camat Rupit mengklarifikasi bahwa Kades dan BPD di Desa Tanjung Beringin telah terjadi kesalah pahaman.

"Kedua belah pihak sudah kita panggil, sudah kita lakukan mediasi, ini sebenarnya salah paham saja, keduanya sepakat mau berdamai," jelas Deni.

Deni menyebutkan bahwa Kades Tanjung Beringin telah mengaku kehilafannya dan meminta maaf pada anggota BPD.

"Anggota BPD juga sudah memaafkan atas kejadian ini, keduanya tidak ada permasalahan lagi, jadi masalah ini selesai," jelasnya.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Ashanty Dituding Sudah Menjanda dan Dinikahi Pria Bernama Faisal Sebelum Dipersunting Anang Hermansyah, Ibu Sambung Aurel: Aku Memang Pernah...

Dengan demikian ia berharap kejadian ini dapat menjadi pelajaran untuk keduanya. "Ini harus menjadi pelajaran bagi kepala desa dan BPD yang lain, Pak Bupati sudah bilang, Kades dan BPD harus bersinergi membangun desa," pungkasnya.

Sementara itu melansir dari Kompas, beberapa waktu lalu seorang Kades di Lumajang, Jawa Timur dikabarkan marah-marah hingga menganiaya seorang perawat.

Aksi penganiayaan tersebut dikabarkan telah terekam CCTV di Puskesmas Kecamatan Kunir.

Menurut informasi, seorang perawat bernama Rayi Ilhamifa mulanya tengah membantu temannya di ruang UGD.

Namun, tiba-tiba oknum Kades tersebut datang marah-marah menendang sebuah kursi roda hingga mengenai kaki perawat tersebut.

Usut punya usut rupanya Kades PR itu mengaku kesal lantaran salah satu warganya meninggal karena tidak segera di tangan oleh pihak puskesmas.

Merasa sudah ditangani dengan baik oleh perawat yang lain Rayi mengaku tak terima dengan perlakuan kepala desa tersebut.

"Salah saya apa? Perasaan saya (pasien) sudah meninggal, sudah ditangani teman saya. Saya kok enggak diperbolehkan menangani pasien baru. Bapak ini siapa," ujar Rayi

Setelah berlanjut pada pihak kepolisian dan dimediasi, pihak korban yang merasa telah dianiaya meminta kasus tersebut tetap dilanjutkan melalui jalur hukum.

(*)