Find Us On Social Media :

Waspada! Ini Penyebab Berat Badan Janin Terlalu Kecil, Mulai dari Kekurangan Nutrisi hingga Risiko Lahir Prematur

By Devi Agustiana, Selasa, 15 September 2020 | 16:33 WIB

Beberapa alasan mengapa berat badan janin di bawah rata-rata.

 

Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana

Grid.ID – Kehamilan merupakan momen penting bagi setiap wanita.

Setiap gerakan tubuh hingga asupan nutrisi akan dijaga demi si buah hati.

Bumil pun akan rutin memeriksakan kandungan untuk melihat kondisi calon anaknya.

Saat pemeriksaan tersebut ada berbagai kondisi kesehatan janin yang diperiksa termasuk beratnya.

Berat janin yang di bawah rata-rata akan menjadi perhatian khusus dan dicarikan jalan keluarnya.

Mungkin sebagian wanita pernah mengalami berat janin di bawah rata-rata.

Kemudian cara terbaik yaitu mengonsumsi makanan.

Baca Juga: Niatnya Minta Uang untuk Pergi ke Ambon, Seorang Anak Justru Nekat Bacok Ibunya hingga Nyaris Tewas Gegara Keinginannya Tak Dipenuhi

Susu dan produk-produk olahannya pun menjadi senjata utama untuk membuat berat janin kembali normal.

Hal itu tidak salah, hanya saja pemberian susu untuk meningkatkan berat janin diperlukan ketika janin di dalam kandungan kekurangan nutrisi.

Sayangnya penyebab berat janin di bawah rata-rata tidaklah semata kekurangan nutrisi.

Mengutip laman Nakita, seorang dokter kandungan dr. Ni Komang Dhani Sari SpOG menyebutkan ada berbagai penyebab yang memuat berat janin di bawah rata-rata.

"Kalau pertumbuhan janin di bawah rata rata harus dievaluasi," ujar dokter yang akrab dipanggil dengan dr. Yeni ini.

Pemeriksaan pun dilakukan baik terhadap ibu ataupun janin yang ada di dalam kandungan.

"2 sisi yang harus dilihat jdi tidak semata-mata dari makanan saja," jelasnya.

Baca Juga: Catherine Wilson Rajin Solat dan Rutin Puasa Sejak Direhabilitasi Gegara Narkoba, Kuasa Hukum: Kalau Puasa Dia Nggak Mau Dibesuk Orang

Memang awalnya dokter kandungan akan melihat terkait asupan makanan yang kamu konsumsi setiap harinya.

Dokter akan memerhatikan perihal makanan apa saja yang dimakan selama kehamilan.

Meskipun banyak asupan makanan belum tentu kebutuhan gizi terpenuhi.

Dengan begitu dokter juga akan memeriksa cakupan gizi dari tiap makanan yang dikonsumsi selama kehamilan.

"Kalau ternyata makannya bagus terus nutrisinya bagus berarti bukan dari situ," ujarnya.

Melalui USG dokter akan melihat apakah terdapat beberapa sumbatan dari ibu kepada janin.

Dikhawatirkan aliran darah dari ibu kepada janin terjadi sumbatan.

Akibat sumbatan tersebut akan membuat aliran nutrisi makanan kepada janin tidak tersalurkan dengan baik.

Kalau tidak ditemukan sumbatan, dokter akan melanjutkan dengan memeriksa kondisi penyerapan nutrisi dari tubuh ibu.

Dokter akan memeriksa seberapa banyak kadar zat besi di tubuh.

Zat besi sendiri berguna untuk melakukan penyerapan nutrisi dari makanan yang tengah dikonsumsi.

"Kalau zat besi rendah jadi penyerapan rendah, jadi gak sampai ke janin," ujarnya.

Baca Juga: 10 Tahun Cerai, Dewi Perssik Mendadak Pertanyakan Perasaan Aldi Taher Saat Menceraikannya

Sementara itu, dijelaskan oleh dr. Boy Abidin Sp.OG (K), ginekolog dari RS.Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta, tumbuh kembang janin bisa dipantau berdasarkan dua hal, yang pertama adalah usianya dan juga perkembangannya.

"Misalnya, janin usia 28 minggu seharusnya memiliki berat badan 800-1.000 gram. Lalu 2 minggu kemudian beratnya harus 1.200 - 1.400 gram, jadi harus ada kenaikan bertahap," katanya seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com.

"Dari hasil USG dapat dilihat juga apakah meski beratnya kecil tapi ukurannya simetris atau tidak. Kalau tidak simetris, misalnya ukuran kepala normal atau perutnya kecil, mungkin ada gangguan kongenital," ujar Boy.

Bila ternyata perbandingan kepala dan perut janin simetris, maka bisa dicoba dilakukan intervensi nutrisi untuk mengejar pertambahan berat badannya.

Janin dengan berat badan rendah berpotensi mengalami masalah kesehatan serius, seperti pertumbuhan yang terlambat, kelahiran prematur, hingga beresiko besar mengalami penyakit jantung, obesitas, dan diabetes di usia dewasa.

"Faktor infeksi sering kurang diperhatikan. Padahal infeksi ini juga berkontribusi pada kelahiran prematur. Infeksi bisa berasal dari gigi atau gusi, infeksi keputihan, dan sebagainya," katanya.

Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi, bisa dilakukan pemeriksaan laboratorium CRP (C-reactive protein).

"Kalau hasilnya tinggi atau lebih dari 6, berarti ada infeksi dalam 24 jam terakhir," papar Boy.

Janin dengan berat badan rendah juga sangat rentan mengalami persalinan prematur karena umumnya mereka tidak tahan kontraksi di trimester ketiga kehamilan.

Mereka juga beresiko tinggi mengalami kematian dalam kandungan.

(*)