Find Us On Social Media :

Pihak Jerinx SID Masih Desak Majelis Hakim Melaksanakan Persidangan Secara Offline: Untuk Mencari Keadilan yang Hakiki!

By Daniel Ahmad, Selasa, 22 September 2020 | 15:33 WIB

Jerinx saat keluar dari ruang sidang kantor Ditreskrimsus Polda Bali, Kamis (10/9/2020)

Laporan Wartawan Grid.ID, Daniel Ahmad

Grid.ID - Sidang lanjutan kasus ujaran kebencian ‘IDI Kacung WHO’ yang menjerat drummer Superman Is Dead (SID), Jerinx, telah dilaksanakan Selasa (22/9/2020).

Masih beragendakan pembacaan dakwaan, kali ini Jerinx SID dan tim kuasa hukum tak lagi melakukan walk out.

Artinya suami Nora Alexandra ini mengikuti rangkaian sidang sampai selesai.

Baca Juga: Belum Dapat Kerja? PT Wismilak Buka Lowongan Kerja Untuk Lulusan SMA hingga S1, Klik di Sini Untuk Mendaftar

Mendasari argumennya lewat SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) nomer 1 tahun 2020 tentang pedoman pelaksanaan tugas di masa pandemi, pihak Jerinx masih menginginkan bahwa sidang dilakukan secara offline atau secara langsung tanpa perantara virtual.

“Sidang online itu bukan imperatif, bukan wajib akan tetapi fakultatif. Yang terjadi sekarang ini dibalik, yang bukan wajib menjadi wajib, yang menjadi hak dikurangi,” ucap Kuasa Hukum Jerinx, Sugeng Teguh Santoso dikutip Grid.ID dari Youtube Tribun Bali, Selasa (22/9/2020).

“Nah ini yang didesak. Kita bersurat ke majelis hakim. Majelis hakimnya menolak,” sambungnya.

Baca Juga: Tampil Elegan di Hutan Malam-malam, Joy Beberkan Alasan Dijuluki Sebagai Member Paling Bersemangat di Red Velvet

Permohonan dari pihak Jerinx menurut Sugeng diyakininya adalah demi kebaikan bersama.

“Kami meminta kepada regulatornya yakni Mahkamah Agung, meminta supaya SEMA tersebut diterapkan. Diterapakan dengan sidang offline. Apa tujuan sidang offline? Tujuan sidang offline adalah untuk menemukan keadilan yang hakiki,” tutur Sugeng.

“Buat pelapor juga yaitu IDI, buat Jerinx juga, buat masyarakat juga. Karena apa? Proses pembuktian dalam pidana itu sangat apa namanya, sangat kritis. Harus membutuhkan namanya presisi atau kecermatan,” sambungnya.

“Keadilan itu membutuhkan presisi yang baik. Presisi yang didapatkan dari pemeriksaan persidangan yang mengikuti prosedur di dalam KUHAP. Ketetapannya itu ketat di sana,” tegasnya.

Baca Juga: Jerinx SID Masih Pertanyakan Kesalahannya dalam Sidang Lanjutan Ujaran Kebencian yang Menjeratnya

Selain secara substansial, Sugeng juga menyoroti kendala teknis yang dijalankan selama persidangan.

“Tadikan suara sura gitu aja sulit. Belum lagi surat. Surat itu benar benar fotocopy itu asli atau tidak, kita tidak tahu.”

“Apa yang dikatakan saksi dari sana kita bisa tidak dengar. Maka ini bisa kehilangan pencarian keadilan yang hakiki itu. Presisi keadilan tidak bisa dipenuhi,” imbuhnya.

 Baca Juga: Dana Ratusan Triliun Rupiah dan Kekayaan Alam seakan tak ada Artinya, Xanana Gusmao Memprediksi Timor Leste bakal Menjadi Negara Mati 10 Tahun ke Depan: Kita Lari saja

Setelah pebacaan dakwaan siang tadi, sidang ditunda dan akan dilanjutkan Selasa (29/9/2020), dengan agenda eksepsi.

Seperti diketahui, Jerinx yang sangat vokal akan pandangannya tentang virus corona adalah konspirasi ditangkap oleh Polda Bali karena ujaran 'IDI Kacung WHO' dengan jeratan UU ITE.

Jerinx didakwa Pasal 28 ayat (3) jo Pasal 45 ayat (2) UU No.19 tahun 2016 tentang perubahan atas UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Atau Pasal 27 ayat (4) jo Pasal 45 ayat (3) UU No.19 tahun tentang perubahan atas UU No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) jo Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Sesuai konsekuensi hukum yang menjeratnya ini, Jerinx terancam mendapat hukuman 6 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar.

(*)