Find Us On Social Media :

Waduh, Pasangan Alami Puber Kedua? Ini Cara Mengelola Rumah Tangga Agar Aman dari Cobaan Perselingkuhan

By Rissa Indrasty, Minggu, 3 Oktober 2021 | 13:49 WIB

Ilustrasi pasangan

Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa IndrastyGrid.ID - Pada orang dewasa, istilah puber kedua lebih dikaitkan dengan perkembangan psikologi, yang biasanya di usia ini mulai mengalami penurunan hormon sehingga takut menjadi tua.Akibatnya, mereka jadi lebih memperhatikan penampilannya seperti perilaku remaja berusia 17-20 tahun.Jika lelaki atau wanita tak bisa mengendalikan puber kedua, maka rasa suka terhadap lawan jenis lain akan terjadi.Biasanya, kebanyakan pihak lelaki yang kerap kali tidak bisa mengontrol puber keduanya, sehingga perselingkuhan pun tak dapat terelakkan.Dikutip Grid.ID melalui Intisari Online, Sabtu (2/9/2021), menurut Psikolog UI Zainoel B Biran, tanda-tanda puber kedua pria dari aspek psikologis sebenarnya adalah munculnya ketertarikan lebih pada lawan jenis.Hal ini membuat pria yang mengalami puber kedua lebih memperhatikan penampilannya daripada beberapa tahun sebelumnya. Misalnya ditandai dengan:1. Senang berpenampilan modis

Mungkin pilihan jenis pakaiannya berbeda. Bajunya lebih modis, celananya lebih modis, lebih memperhatikan kerapian dan seterusnya.

2. Rambut disisir lebih rapi

Jika pada usia kepala tiga seorang pria jarang memperhatikan kerapian rambutnya, lalu di usia kepala empat ia lebih perhatian dengan rambutnya, perlu diketahui bahwa bisa jadi itu merupakan salah satu tanda puber kedua.

Baca Juga: Jangan Khawatir Dulu! Ternyata Ini Arti Mimpi Berdebat Dengan Suami Tak Melulu Soal Amarah

3. Memakai wangi-wangian

Memakai parfum, baik di rumah maupun ketika hendak pergi. Jika sebelumnya jarang menggunakannya dan berubah drastis pada usia 40-an tahun, itu juga merupakan salah satu tanda puber kedua.Sementara itu melansir Tribunnews.com, Sabtu (2/10/2021), psikolog Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UWKMS), Ely Rosetyo MPsi menjelaskan, tidak ada hal ilmiah dari puber kedua.

Hal ini berarti tidak ada perubahan hormon atau bentuk fisik layaknya pada masa puber pertama.“Puber kedua itu bentuk ketertarikan ke orang baru. Hormon tetap sama, lebih pada perasaan, secara psikologis ada kecenderungan ketakutan pada masa tua dengan keadaan fisik yang tidak lagi sama seperti saat muda,” paparnya ketika ditemui SURYA.co.id, Minggu (14/8/2016).Adanya stres, permasalahan rumah tangga, depresi, pengaruh lingkungan serta kurangnya dukungan keluarga bisa membuat masa puber kedua ini menjadi menyimpang.“Kalau rasa sukanya sama pasangan sendiri tidak masalah. Tetapi kalau malah ke orang lain dan memperburuk keadaan rumah tangga. Maka akan menjadi masalah,” lanjutnya.Psikolog UKWMS yang juga menjadi konselor di Pusat Layanan Psikologi di UWKMS ini menerangkan untuk menghindari tekanan psikis hingga melakukan penyimpangan perlu adanya pengendalian diri. Hal ini bisa dimulai dengan manajemen stres.Kepala Kantor Urusan Internasional UWKMS, Erlyn Erawan Psy D menambahkan selain mencari penyebab stres dan pengaruhnya terhadap perilaku.Manajemen stres bisa dilakukan dengan menyeimbangkan aktivitas dan mengontrol setiap tindakan yang dilakukan.

Baca Juga: Jangan Biarkan Kehidupan Ranjang Jadi Kacau Balau, Ternyata Cara Jitu Atasi Impotensi Cukup dengan Minum Air Rebusan Kulit Petai

“Bisa memfokuskan diri pada masalah yang ada dibandingkan membuat masalah baru. Lebih pada peningkatan kesadaran diri,” lanjutnya.Dikatakan wanita yang juga Psikolog UKWMS ini, puber kedua, tidak mutlak mengubah perilaku seseorang menjadi menyimpang.Kuatnya kepribadian dan kesadaran diri akan memengaruhi seseorang dalam melewati masa puber kedua.Ia juga sependapat dengan Ely bahwa peyimpangan puber kedua, biasanya cenderung dengan penolakan akan mengalami ketuaan dan ketakutan akan kematian.Keluarga dan orang terdekat harus bisa mengembalikan kesadaran seseorang yang mengalami penyimpangan puber kedua.“Kembalinya seseorang dari penyimpangan perilaku puber kedua tidak bisa ditentukan. Bisa 1 tahun, 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun, bahkan tidak bisa kembali sama sekali. Kalau dari orang terdekat tidak bisa maka hanya orang itu sendiri yang bisa mengubah sikapnya,”tuturnya.Penyimpangan puber kedua yang mengarah pada penyimpangan moral seperti perselingkuhan hingga perceraian menurutnya akan berdampak besar bagi anggota keluarga yang belum cukup usia.“Sehingga lebih baik memperhatikan pihak keluarga yang lebih muda yang lebih membutuhkan perhatian. Karena pihak yang mengalami puber kedua sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan hidupnya,”pungkas Erlyn Erawan.

Baca Juga: Waspada! 5 Tanda Berhubungan dengan Pasangan yang Hanya Memanfaatkan, Seringkali Terjadi di Dunia Percintaan Saat Ini

(*)