Find Us On Social Media :

Bukti Nyata Setia sampai Maut Memisahkan, Terungkap Perjalanan Asmara Presiden Soeharto dan Ibu Tien yang Tak Diketahui Publik, Perjodohan Membawa Cinta Sejati?

By None, Kamis, 11 November 2021 | 08:13 WIB

Bukti Nyata Setia sampai Maut Memisahkan, Terungkap Perjalanan Asmara Presiden Soeharto dan Ibu Tien yang Tak Diketahui Publik, Perjodohan Membawa Cinta Sejati?

Grid.ID - Bukti nyata Presiden Soeharto dan Ibu Tien yang setia sampai maut memisahkan.

Bukti nyata setia sampai maut memisahkan, terungkap perjalanan asmara Presiden Soeharto dan Ibu Tien yang tak diketahui publik.

Perjalanan asmara Presiden Soeharto dan Ibu Tien berawal dari perjodohan yang membawa cinta sejati?

Kisah cinta Soeharto, presiden kedua republik ini jauh dari itu semua. Toh tak berarti romansa mereka biasa-biasa saja.

Mereka saling mencintai tanpa hiruk pikuk. Cinta yang mewujud dalam setiap laku dan napas.

Hingga akhir hayat, hanya ada satu nama perempuan di hati Soeharto, juga hanya ada satu nama pria di hati Tien, sapaan Siti Hartinah.

“Kami, istri saya dan saya, memang sama-sama setia, saling mencintai, penuh pengertian, dan saling memercayai” - Soeharto.

MEMORI BANGKU SEKOLAH

Soeharto dan Hartinah sudah saling kenal sejak kanak-kanak.

Keduanya sama-sama bersekolah di satu SMP, di Wonogiri, Jawa Tengah.

Baca Juga: Bibit Unggul Sejak Kecil, Tak Disangka Gadis Polos ini Sekarang Sukses dengan Segudang Prestasi hingga Jadi Artis Super Cantik, Begini Nasibnya Usai Dinikahi Cucu Menteri Era Presiden Soeharto

Di sana, Hartinah merupakan adik kelas Soeharto. Kebetulan dia satu kelas dengan Sulardi, sepupu Soeharto.

Soeharto sendiri diceritakan tak pernah menunjukkan tanda-tanda naksir kepada Hartinah.

Justru Hartinah yang sempat berkelakar kepada Sulardi bahwa suatu saat nanti dirinya akan menjadi kakak ipar Sulardi.

Selepas sekolah, keduanya berpisah. Soeharto melanjutkan ke PETA dan terjun ke dunia ketentaraan. Sementara Hartinah aktif di Laswi dan PMI.

CINTA DATANG KARENA TERBIASA

Soeharto dan keluarga bibinya berkunjung ke rumah Soemoharjomo di Solo, dipertemukan untuk pertama kalinya dengan Hartinah, calon istrinya.

Dalam pertemuan yang dalam adat Jawa disebut “nontoni” itu pun Soeharto masih belum percaya diri, “Apakah dia akan benar-benar suka kepada saya?” Soeharto membatin.

Kenyataannya, keluarga Soemoharjomo menerima pinangan Soeharto.

Pernikahan dilakukan pada 26 Desember 1947. Resepsinya sangat sederhana. Pada malam hari hanya bercahayakan temaram lilin. Tak dihadiri banyak tamu. Saat itu Soeharto berumur 26 dan Hartinah 24.

Baca Juga: Selama 25 Tahun Disimpan Rapat-rapat dari Publik, Mantan Kapolri Bongkar Tabir Kematian Ibu Tien Soeharto yang Masih Jadi Misteri, Bukan Karena Ditembak?

Menurut RE. Elson dalam Suharto: Sebuah Biografi Politik, hubungan cinta dua sejoli yang berbeda latar belakang status sosial itu diuntungkan oleh situasi zaman revolusi.

Era revolusi memungkinkan seorang pemuda desa seperti Soeharto memiliki “pamor” karena berkecimpung sebagai perwira militer yang memiliki tempat terhormat pada masa itu.

Itulah yang membuat gambaran Soeharto berbeda di depan mata calon mertuanya, selain tentu saja karena hubungan dekat keluarga pamannya dengan orangtua Hartinah.

“Perkawinan kami tidak didahului dengan cinta-cintaan seperti yang dialami oleh anak muda di tahun delapan puluhan sekarang ini. Kami berpegang pada pepatah, ‘witing tresna jalaran saka kulina,” kata Soeharto kepada Ramadhan KH, dalam Ucapan, Pikiran dan Tindakan Saya.

HINGGA MAUT MEMISAHKAN

Tak ada bulan madu bagi mereka karena tiga hari setelah pernikahan, Soeharto harus kembali ke Yogyakarta untuk berdinas. Mereka pun tinggal di Jalan Merbabu Nomor 2.

Seminggu setelah itu, Soeharto harus meninggalkan sang istri karena ditugaskan ke Ambarawa untuk menghadapi serangan Belanda dari Semarang.

Menjadi istri tentara di zaman Perang kemerdekaan memang berat. Bahkan, saat harus melahirkan anak pertamanya, Hartinah terpaksa tak bisa ditemani Soeharto yang sedang bertempur. Meski begitu, dia tetap tegar dan setia.

Pernah suatu hari, Soeharto terlihat penat karena tugas militer dan hampir menyerah. Hartinah dengan lembut berkata, “Aku dulu menikah dengan tentara, bukan dengan sopir. Jadilah tentara yang bermartabat.”

Baca Juga: Bak Langit dan Bumi dengan Tommy Soeharto yang Apes Gegara Asetnya Senilai Rp 600 Miliar Disita BLBI, Sang Mantan Istri Justru Kerap Umbar Kebahagiaan Usai Dinikahi Aktor Hollywood

Pepatah bahwa di belakang pria hebat pasti ada wanita yang tangguh sepertinya memang benar adanya.

Dalam otobiografinya, Soeharto menulis ia dan sang istri selalu menjaga ketenteraman rumah tangga dengan cinta dan pengertian.

Tak bisa dipungkiri, cinta kasih dan dukungan yang diberikan Hartinah menjadi pendorong karir Soeharto sebagai presiden.

Laiknya pasangan lain, cemburu dan cekcok suami istri juga dialami Soeharto. Namun baik Soeharto maupun Hartinah bisa menempatkan kecemburuan secara bijak.

"Hanya ada satu Nyonya Soeharto dan tidak ada lagi yang lainnya. Jika ada, akan timbul pemberontakan yang terbuka di dalam rumah tangga Soeharto," demikian tulis kata Pak Harto.

Selama 49 tahun mereka hidup berdampingan. Sampai Hartinah berpulang pada 1996.

Duabelas tahun kemudian, Soeharto menyusul wanita terkasihnya untuk kembali bersama.

Artikel ini telah tayang di Nakita dengan judul, Kisah Cinta Soeharto dan Ibu Tien, Candaan Masa Kecil yang Jadi Kenyataan!

(*)