Find Us On Social Media :

Inses Jadi Penyebab Raja Tutankhamun Alami Mulut Sumbing dan Tengkorak Memanjang, Ternyata Suku di Indonesia Ini Justru Masih Pertahankan Tradisi Pernikahan Sedarah

By Rissa Indrasty, Jumat, 26 November 2021 | 15:07 WIB

Kelainan pernikahan sedarah

Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty

Grid.ID - Perkawinan sedarah dalam keluarga kerajaan zaman dahulu kerap kali terjadi.

Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada darah 'biasa' yang menodai garis darah aristokrat yang murni.

Sehingga, sesama saudara kandung yang jaraknya dekat sering kali dinikahkan.

Oleh karena itu, banyak keturunan keluarga kerajaan zaman dahulu yang memiliki kelainan genetik atau cacat secara fisik maupun mental sejak dilahirkan.

Salah satu Raja yang ternyata memiliki cacat fisik yaitu Raja Tutankhamun.

Tes DNA terhadap mayat mumi Raja Tutankhamun menunjukkan bahwa penguasa Mesir ini sekitar tahun 1300 SM sebenarnya memiliki kelainan genetik dan bertubuh lemah.

Ini karena tradisi kerajaan Mesir yang menikah dengan sesama saudara.

Baca Juga: Kena Azab karena Lakukan Pernikahan Sedarah, Keluarga Ini Punya Keturunan yang Mengerikan, Mulai dari Suka Menyiksa Kelamin Hewan Hingga Tidur di Sebelah Tinja

Diberitakan Grid.ID sebelumnya, Raja Tutankhamun naik tahta pada usia 10 tahun dan bertahan hanya sampai usia 19 tahun.

Dia kemungkinan memiliki langit-langit mulut sumbing, kaki bengkok, dan skoliosis, serta tengkorak memanjang dan cacat.

Dia mungkin membutuhkan tongkat untuk berjalan dan bukti menunjukkan dia menderita malaria karena sistem kekebalan yang lemah.

Firaun Mesir menghormati pernikahan saudara kandung, karena legenda bahwa dewa Osiris menikahi saudara perempuannya, Isis, untuk mempertahankan garis keturunan murni.

Bahkan ada contoh pernikahan 'keponakan ganda' (seorang pria menikahi seorang gadis yang merupakan keturunan dari saudara laki-laki dan perempuannya).

Kini, pernikahan sedarah merupakan hal yang tak lazim dan dilarang.

Kendati demikian, ternyata tetap ada suku di Indonesia yang memelihara tradisi pernikahan sedarah.

Baca Juga: Raja Ini Derita Impoten dan Punya Lidah Besar hingga Membuatnya Sulit Tetap Berada di Dalam Mulut, Berikut Cacat Fisik Lainnya Akibat Pernikahan Sedarah

Hal tersebut terjadi pada suku Polahi, di pedalaman Gorontalo.

Dikutip Grid.ID melalui Tribun-Timur.com, Kamis (25/11/2021), mereka hingga saat ini justru hanya kawin dengan sesama saudara mereka.

"Tidak ada pilihan lain. Kalau di kampung banyak orang, di sini hanya kami. Jadi kawin saja dengan saudara," ujar Mama Tanio, salah satu perempuan Suku Polahi yang ditemui di Hutan Humohulo, Pegunungan Boliyohuto, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo.

Suku Polahi merupakan suku yang masih hidup di pedalaman hutan Gorontalo dengan beberapa kebiasaan yang primitif.

Mereka tidak mengenal agama dan pendidikan, serta cenderung tidak mau hidup bersosialisasi dengan warga lainnya.

Walau beberapa keluarga Polahi sudah mulai membangun tempat tinggal tetap, tetapi kebiasaan nomaden mereka masih ada.

Polahi akan berpindah tempat jika salah satu dari keluarga mereka meninggal.

Baca Juga: Alasan Cinta Seorang Wanita Nikahi Sepupu Sendiri, Anaknya Justru Terlahir dengan Kondisi Mengenaskan Akibat dari Perkawinan Sedarah

Nah, salah satu kebiasaan yang hingga sekarang masih terus dipertahankan oleh suku Polahi adalah kawin dengan keluarga sendiri yang masih satu darah.

Hal biasa bagi mereka ketika seorang ayah mengawini anak perempuannya sendiri, begitu juga seorang anak laki-laki kawin dengan ibunya.

Kondisi ini diakui oleh satu keluarga Polahi yang ditemui di hutan Humohulo.

Kepala sukunya, Baba Manio, meninggal dunia sebulan lalu.

Baba Manio beristri dua, Mama Tanio dan Hasimah.

Dari perkawinan dengan Mama Tanio, lahir Babuta dan Laiya.

Babuta yang kini mewarisi kepemimpinan Baba Manio memperistri adiknya sendiri, hasil perkawinan Baba Manio dengan Hasimah.

Baca Juga: Pasutri Kanibal Ini Sempat Viral karena Ditemukan Banyak Hal Mengerikan di Kulkasnya, Kini Keduanya Tewas di Penjara dan Aksinya Dibongkar Polisi

Hasimah sendiri merupakan saudara dari Baba Manio.

Kelak anak-anak Babuta dan Laiya akan saling kawin juga.

"Kalau mau kawin, Baba Manio membawa mereka ke sungai. Disiram dengan air sungai lalu dibacakan mantra. Sudah, cuma itu syaratnya," ujar Mama Tanio dengan polosnya.

Keterisolasian mereka di hutan dan ketidaktahuan mereka terhadap etika sosial dan agama membuat suku Polahi tidak mengerti bahwa inses dilarang.

(*)