Find Us On Social Media :

Peringati 125 Tahun Jumenengan KGPAA Mangkunegoro VI: Cagar Budaya Astana Oetara Ajak Generasi Muda Teladani Kemandirian dan Jiwa Merdeka Sang Raja Jawa

By Grid, Senin, 29 November 2021 | 12:03 WIB

Patung Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (K.G.P.A.A.) Mangkunegoro VI yang berada di kompleks Pasarean Keluarga (Makam) Astana Oetara, desa Manayu, Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.

Grid.IDCagar Budaya Astana Oetara bersama Penerbit Buku Kompas menyelenggarakan kegiatan bincang virtual bertajuk The Game Changer Ala Mangkunegoro VI

Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati 125 Tahun Jumenengan (naik takhta) Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (K.G.P.A.A.) Mangkunegoro VI (21 November 1896), seorang Raja Jawa pemimpin Kadipaten Mangkunegaran di Surakarta pada tahun 1896 hingga 1916. 

Dalam acara ini, turut diperkenalkan sebuah buku berjudul Mangkunegoro VI Sang Reformis, Sebuah Biografi yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.

Buku ini ditulis oleh sekelompok anak muda pencinta sejarah yang tergabung dalam History Inc., berawal dari keingintahuan mereka untuk menggali aspek-aspek lain dari sosok Mangkunegoro VI sebagai seseorang yang terkenal hemat dan sederhana.

Mengulas kisah kepemimpinan K.G.P.A.A. Mangkunegoro VI, ada banyak hal yang menarik dari kisah hidupnya untuk dikaji dan dijadikan pelajaran bagi generasi saat ini, seperti bagaimana menggabungkan nilai modernitas sekaligus tradisional.

Tiga narasumber dihadirkan untuk memberikan perspektif yang beragam dari sudut pandang profesinya masing-masing.

Narasumber tersebut adalah Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum., Pendiri Rumah Keratonan Dra. Krisnina Akbar Tandjung, M.Si., Pendiri IKAT Indonesia dan Edukator Wira Usaha Didiet Maulana.

Walaupun tetap mengemban nilai-nilai kebijaksanaan yang luhur dan agung yang diterima dari pendahulunya, Mangkunegoro VI merupakan sosok modern dan berpikiran terbuka.

Dilihat dari konteks perpolitikan Jawa, ia memiliki berbagai kekhasan dan kebijakan-kebijakan yang berbeda dari raja-raja Jawa sebelumnya.

Mangkunegoro VI memandang penting sektor pendidikan, termasuk mendirikan sekolah khusus perempuan yang menggunakan kurikulum pendidikan Eropa bernama Siswa Rini pada tahun 1912.