Find Us On Social Media :

Sinting! Olah Potongan Tubuh Korbannya ke dalam Campuran Bubur, Wanita Pembunuh Berantai Asal Italia Ini Juga Gunakan Darah Korban Sebagai Bahan Adonan Makanan Ini

By Annisa Dienfitri, Sabtu, 16 April 2022 | 16:17 WIB

Leonarda Cianciulli

Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri

Grid.ID - Pernah mendengar kisah wanita pembunuh berantai asal Italia yang sadis bernama Leonarda Cianciulli?

Saking bengisnya, Leonarda Cianciulli menggunakan darah dari korban yang dibunuhnya sebagai bahan membuat kue.

Leonarda Cianciulli adalah seorang anak yang lahir dari hasil pemerkosaan yang lahir pada 18 April 1894 di Montella, Avellino.

Sang ibu, Emilia di Nolfi, dipaksa untuk menikahi pemerkosanya, Mariano Cianciulli, setelah berita kehamilannya tersebar.

Dibesarkan di keluarga miskin, pada awal abad ke-20 Cianciulli kehilangan ayahnya dan tak lama ibunya menikah lagi.

Namun, hal itu nggak membuat kondisi keuangannya meningkat.

Cianciulli kerap disiksa oleh ibunya dan membuat dirinya sempat mencoba bunuh diri sebanyak dua kali.

Menentang keinginan sang ibu, Cianciulli menikah dengan seorang petugas kantor pencatatan, Raffaele Pansardi, yang berusia jauh lebih tua darinya.

Akibat tidak mengikuti kemauan sang ibu untuk menikahi seorang pria kaya, Cianciulli merasa bahwa ibunya telah mengutuk pernikahannya.

Baca Juga: Main Drama Thriller, Sooyoung SNSD Perankan Detektif dengan Ingatan Fotografis Kuat untuk Melacak Pembunuh Berantai!

Cianciulli pun merasa hidupnya penuh kesengsaraan dan rasa sakit.

Pada tahun 1921, Cianciulli dan suaminya pindah ke kota Lauria.

Sejak awal, mereka telah mengalami masalah keuangan, apalagi penghasilan Pansardi yang tak banyak.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Cianciulli ikut bekerja.

Pada tahun 1927, ia sempat ditangkap karena penipuan dan harus masuk ke penjara.

Setelah dibebaskan, Cianciulli dan Pansardi memutuskan untuk pindah ke Lacedonia, di provinsi Avellino, Italia.

Mereka berharap dengan berpindah tempat, hidupnya akan jadi lebih baik.

Namun, rumah keduanya hancur akibat gempa bumi yang melanda tahun 1930.

Tak lama, mereka pindah lagi ke Correggio, sebuah kota di Provinsi Reggio Emilia, Italia.

Baca Juga: Manfaatkan Wajah Cantik dan Pesonanya untuk Memikat Pria, Wanita ini Jadi Pembunuh Berantai Paling Berbahaya di Penjara Inggris

Di Correggio, mereka mulai mengalami peningkatan keuangan.

Cianciulli mulai membuka sebuah toko sabun.

Selama bertahun-tahun, Cianciulli telah mengalami 17 kali kehamilan di mana tiga anaknya keguguran, dan 10 anaknya meninggal di usia yang masih kecil.

Cianciulli sangat mempercayai takhayul seperti ramalan, astrologi dan pembacaan garis tangan.

Peramal itu mengingatkan bahwa ketika dia menikah dan memiliki anak, mereka semua akan mati di usia muda.

Hal ini membuat Cianciulli sangat protektif kepada empat anaknya.

Cianciulli juga sempat bertemu dengan peramal lain yang mengatakan bahwa ia melihat penjara di tangan kanan Cianciulli dan rumah sakit jiwa di sebelah kiri.

Pada tahun 1939, Perang Dunia II terjadi dan Italia, yang dipimpin oleh fasis Benito Mussolini, berusaha memasuki perang di sisi Jerman.

Mereka mulai merekrut untuk jadi bagian militer dan Giuseppe Pansardi, putra tertua Cianciulli, telah ditunjuk untuk jadi bagian dari Angkatan Darat Italia.

Baca Juga: Awas Spoiler! Pencarian si Pembunuh Berantai dalam Episode Baru Tell Me What You Saw Makin Rumit

Hal ini membuat Cianciulli takut kehilangan Giuseppe karena Giuseppe adalah kesayangannya.

Untuk melindunginya, Cianciulli memutuskan satu-satunya cara yang dapat melindung anaknya, yaitu dengan pengorbanan manusia.

Tiga korbannya adalah Faustina Setti, Francesca Soavi, dan Virginia Cacioppo.

Korban pertama adalah Faustina Setti yang merupakan kliennya sendiri.

Ia mendatangi Cianciulli untuk meminta bantuan Cianciulli.

Ya, Cianciulli telah jadi seorang peramal dan memiliki reputasi yang cukup baik.

Faustina Setti adalah wanita setengah baya yang belum menikah dan ia sedang mencari seorang suami.

Selama kunjungannya, Cianciulli mengatakan kepadanya bahwa ada pasangan yang cocok untuknya di Pola (Kroasia modern), tetapi Cianciulli menyuruhnya untuk tidak memberitahu siapapun tentang hal itu.

Setti juga disuruh untuk menulis surat dan kartu pos yang dapat dikirim kepada kerabat dan temannya setelah dirinya sampai di Pola.

Baca Juga: Pantas Saja Pembunuh Berantai Ini Dijuluki 'Raja Iblis', Aksinya Membunuh 48 Narapidana tanpa Merasa Bersalah Bikin Bulu Kuduk Bergidik!

Pada hari keberangkatannya, Setti datang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Cianciulli.

Cianciulli memberikan minuman anggur yang membuat Setti pingsan.

Tak lama, ia langsung membunuhnya dengan kapak, menarik tubuhnya ke dalam lemari, dan memotongnya jadi sembilan bagian.

Cianciulli juga mengumpulkan darahnya ke sebuah baskom.

Setelah ditangkap, Cianciulli mengatakan kepada pihak berwenang mengenai sisa-sisa tubuh Setti.

Ia mengatakan bahwa dia memasukan potongan tubuh ke dalam panci, menambahkan tujuh kilo kaustik, dan mengaduknya sampai campuran tersebut berubah jadi bubur yang kental dan gelap.

Kemudian, ia menuangkan ke beberapa ember dan membuangnya ke tangki septik terdekat.

Darah yang berada di baskom dibiarkannya hingga mengental sebelum dicampurkan dengan tepung, gula, coklat, susu, telur, dan margarin untuk membuat kue.

Hasil kuenya ia berikan kepada orang-orang dan sisanya dimakan oleh Giuseppe dan dirinya sendiri.

Baca Juga: Pantas Saja Pembunuh Berantai Ini Dijuluki 'Raja Iblis', Aksinya Membunuh 48 Narapidana tanpa Merasa Bersalah Bikin Bulu Kuduk Bergidik!

Menurut beberapa sumber, Cianciulli menerima uang dari Setti sebagai hasil bayaran untuk layanannya sekitar 30 ribu lira.

Korban kedua adalah Francesca Soavi, wanita paruh baya yang dijanjikan untuk mendapatkan prospek yang lebih baik daripada saat itu.

Cianciulli memberitahunya bahwa dia telah menemukan pekerjaan di salah satu sekolah khusus anak perempuan di Piacenza (saat ini Italia utara).

Cianciulli juga meminta Soavi untuk menulis surat kepada temannya dan mengatakan untuk tidak memberitahukan kepergiannya pada siapapun.

Soavi kemudian datang menemui Cianciulli untuk terakhir kalinya sebelum keberangkatannya.

Sama seperti Setti, Cianciulli memberinya minuman anggur yang membuat Soavi pingsan, dan dibunuh dengan kapak.

Pembunuhan tersebut dikatakan terjadi pada 5 September 1940.

Virginia Cacioppo jadi korban terakhir pembunuhan yang dilakukan Cianciulli.

Cacioppo adalah mantan penyanyi soprano.

Baca Juga: Tak Disangka Ternyata Keluarga Tajir ini Pembunuh Berantai, Ayah dan Anak Sama-sama Keji hingga Bunuh Salah Satu Korban dengan Cara Psikopat ini, Ditemukan 298 Tulang Manusia dalam Rumahnya

Cianciulli memberitahunya tentang adanya lowongan pekerjaan di Florence sebagai sekretaris untuk seorang impresario.

Sama seperti yang dikatakan kepada dua wanita lainnya, Cacioppo diperintahkan untuk tidak memberitahu siapapun tentang kepergiannya.

Pada 30 September 1940, Cacioppo datang untuk mengucapkan selamat tinggal pada Cianciulli.

Cianciulli menjelaskan apa yang terjadi selanjutnya, di mana ia menggunakan daging Cacioppo dan mengubahnya jadi sabun.

Pembunuhan ini terungkap setelah saudara ipar Cacioppo curiga atas hilangnya Cacioppo secara tiba-tiba.

Dia kemudian melaporkan kepada pihak berwenang setelah mengetahui bahwa Cacioppo terakhir kali terlihat memasuki rumah Cianciulli.

Cianciulli pun kemudian ditangkap.

Pada awalnya, ia bersikeras membantah telah membunuh.

Namun, setelah Giuseppe diduga terlibat dalam pembunuhan Cacioppo, ia akhirnya mengakuinya.

Baca Juga: Dibintangi Jin Goo dan Lee Won Geun, Yuk Simak Sinopsis Drama Korea 'A Superior Day' yang Bercerita tentang Perburuan Pembunuh Berantai, Hindari Nonton di Drakorindo Ilegal ya!

Melansir the cinemaholic, Cianciulli tampak bangga dengan pembunuhan yang dia lakukan tak ubahnya sebuah pertunjukan.

Polisi mengklaim bahwa mereka tidak melihat sedikitpun penyesalan atau ketakutan di wajahnya.

Setelah diadili, dia bahkan mengoreksi jaksa dan memberinya rincian yang tepat tentang pembunuhan itu.

Setelah dinyatakan bersalah pada tahun 1946, Cianciulli divonis hukuman penjara 30 tahun, setelah itu ia harus menjalani tiga tahun di rumah sakit jiwa.

Dia berhasil menyelesaikan hukuman penjara tetapi meninggal pada 15 Oktober 1970, saat dirawat di rumah sakit jiwa.

Penyebab kematiannya dipastikan karena serangan otak.

Baca Juga: Dulu Cekik dan Tega Memutilasi Alat Kelamin Korbannya, Begini Kabar Bocah Pembunuh Berantai Asal Inggris Mary Bell Sekarang

 

(*)