Find Us On Social Media :

Tidak Terlahir dari Kalangan Bangsawan, Ngasirah Terpaksa Jadi Selir Bupati Meski Statusnya Adalah Istri Pertama, Begini Kisah Hidup Ibunda Kartini yang Penuh Misteri

By None, Kamis, 21 April 2022 | 13:07 WIB

Hari Kartini bukanlah hari libur nasional.

Namun, Kartini lebih sering memilih tinggal dengan Ngasirah dan menolak memanggilnya "Yu".

Kartini juga memberikan syarat mau menikah jika ibu kandungnya itu dibebaskan masuk pendopo.

"Memori-memori kelam itulah yang mendorong Kartini menolak segala ketidakadilan saat itu, terutama yang bersinggungan dengan perempuan Jawa. Bahkan, berbagai literatur menyebut Kartini tidak malu mengakui jika ibunya itu adalah keturunan rakyat biasa," kata Tegoeh saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel, Selasa (28/4/2020).

Dalam tulisannya, Kartini menentang praktik poligami.

"Bagaimana saya bisa menghormati seseorang yang sudah kawin dan menjadi ayah dan kemudian, bila bosan pada anak-anaknya, ia dapat membawa perempuan lain ke rumah dan mengawininya secara sah sesuai dengan hukum Islam?" tulis Kartini kepada Stella Zeehandelaar.

"Dapatkah kamu membayangkan siksaan yang harus diderita seorang perempuan jika suaminya pulang bersama perempuan lain sebagai saingannya yang harus diakuinya sebagai istrinya yang sah?" sambung Kartini.

Baca Juga: Pantas CEO Muda Jatuh Hati Padanya, Penampilan Pevita Pearce dalam Balutan Kebaya Saja Banjir Pujian dari Warganet: Kartini Millenium

Menikah dengan Bupati Rembang

Kartini menikah dengan Bupati Rembang Raden Adipati Joyodiningrat pada November 1903 di usia 24 tahun.

Suaminya itu sudah memiliki tujuh anak dan dua selir. Bahkan, putri tertua suaminya itu hanya berselisih delapan tahun dengan Kartini.

Joyodiningrat menduda sejak garwo padmi atau istri utama meninggal