Find Us On Social Media :

Dianggap Sakral Jika Jatuh Pada Jumat Legi, Sejarah Malam 1 Suro Ternyata Memang Tidak Main-main, Begini Tradisi dan Perayaannya di Yogyakarta dan Solo

By Novia, Jumat, 29 Juli 2022 | 18:49 WIB

Kirab malam 1 Suro. Berikut sejarah serta tradisi perayaannya di Yogyakarta dan Solo

1. Tradisi di Yogyakarta

Di Yogyakarta, perayaan malam 1 Suro biasanya selalu identik dengan membawa keris, gunungan, dan benda pusaka sebagai bagian dari iring-iringan kirab.

Selain itu, ada tradisi mubeng beteng di Yogyakarta.

Dalam acara itu, para abdi dalem dan masyarakat umum melakukan tapa bisu atau mengunci mulut dengan tidak mengeluarkan kata-kata selama ritual.

Hal tersebut dimaknai sebagai upacara untuk mawas diri dan introspeksi atas apa yang dilakoni selama setahun ke belakang guna menghadapi tahun baru di esok pagi.

Baca Juga: Sering Dianggap Keramat, Ini 5 Mitos tentang Malam 1 Suro yang Sering Bikin Orang Ketakutan, Bisa Membawa Petaka hingga Jadi Hari Rayanya Makhluk Gaib

2. Perayaan Malam 1 Suro di Solo

Berbeda dengan di Yogyakarta, perayaan malam 1 Suro di Solo identik dengan melakukan kirab kebo (kerbau) bule yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat.

Kerbau yang mengikuti kirab bukan kerbau biasa. Melainkan, Kebo Bule Kyai Slamet.

Dalam buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II, sejak istananya masih di Kartasura, sekitar 10 kilometer arah barat keraton yang sekarang.

Menurut seorang pujangga kenamaan Keraton Kasunanan Surakarta, Yosodipuro, leluhur kerbau dengan warna kulit yang khas (putih agak kemerah-merahan) itu, merupakan hadiah dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo kepada Paku Buwono II.

Saat itu, kebo bule diperuntukkan sebagai cucuk lampah (pengawal) dari sebuah pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet saat beliau pulang dari mengungsi di Pondok Tegalsari ketika terjadi pemberontakan pecinan yang membakar Istana Kartasura.

(*)