Find Us On Social Media :

NFT Kompas Rilis Narasi Foto Terkurasi di Blockchain Tezos, Ada Arsip Fotografer dan Jurnalis Sejak Tahun 1965

By Grid, Selasa, 11 Oktober 2022 | 19:10 WIB

NFT Kompas Rilis Narasi Foto Terkurasi

Grid.ID - NFT Kompas kembali menghadirkan rilisan baru non-fungible token, yaitu Narasi Foto Terkurasi.

Total 3.249 NFT (57 foto, masing-masing 57 edisi) berupa foto karya fotografer harian Kompas yang dirangkum dalam tema “Loka/Masa” ini dikeluarkan bertahap pada September hingga Desember 2022.

Narasi Foto Terkurasi merupakan project dari harian Kompas untuk menghadirkan arsip foto yang dihasilkan fotografer dan jurnalis sejak tahun 1965 ke dalam blockchain.

Project ini adalah percabangan dari Narasi Fakta Terkurasi yang sudah dirilis terlebih dahulu pada 28 Juni 2022, dengan merilis NFT arsip halaman muka koran Kompas.

Fotografi merupakan salah satu pokok jurnalistik semenjak media cetak muncul.

Banyak peristiwa sejarah yang direkam melalui berbagai foto ikonik penanda zaman.

Kehadiran pewarta foto pada suatu peristiwa, yang menangkap dan mengabadikan momentum, sama pentingnya dengan jurnalis tulis.

Sebagai ikhtiar untuk menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas, sejak mula harian Kompas berinvestasi pada pewarta-pewarta foto.

Tidak sekadar berbekal kemampuan teknik fotografi, mereka juga dilatih mempertajam naluri untuk mencium narasi dan “nyawa” dari sebuah peristiwa.

Baca Juga: Harian Kompas Merilis Produk NFT Berisi 57 Peristiwa Terkurasi Sepanjang Tahun 1965-2022

Para fotografer andal telah silih berganti mewarnai halaman Kompas, mulai dari Kartono Riyadi, Julian Sihombing, Arbain Rambey, hingga generasi fotografer yang masih aktif kini.

Pada gelar wicara di Twitter Spaces bertajuk “Wajah Fotografi: dari Jurnalistik hingga NFT”, Jumat (16/9/2022), yang sekaligus menjadi penanda peluncuran Narasi Foto Terkurasi, fotografer Kompas Heru Sri Kumoro menceritakan kekhasan fotografi jurnalistik di Kompas.

Pewarta foto Kompas dididik sebagai jurnalis, bukan sekadar juru foto.

Mereka dibekali kemampuan meriset, menulis, dan kepekaan untuk menakar signifikansi peristiwa.

Oleh karena itu, foto-foto yang dihasilkan bukan hanya menarik dari sisi visual, tetapi juga kuat dari sisi naratif.

Munculnya teknologi blockchain membuka peluang untuk menerbitkan karya fotografer Kompas.

Melalui project Narasi Foto Terkurasi, karya-karya fotografi tersebut akan dirilis dalam bentuk NFT untuk bisa dikoleksi secara digital.

Harapannya, sama seperti project sebelumnya, momentum dan peristiwa yang direkam dari mata lensa harian Kompas bisa menemukan apresiator yang akan berkontribusi merawat memori secara kolektif.

Skena fotografi dalam bentuk NFT sendiri, sebagaimana seni rupa, sudah cukup berkembang.

Baca Juga: Jukiverse NFT Exhibition, Pameran NFT Pertama di Indonesia yang Bakal Digelar di Sarinah, Catat Tanggalnya yuk!

Banyak talenta dan kreator yang menginspirasi harian Kompas untuk turut mewarnai skena ini, dengan semangat apresiasi terhadap kreasi.

Harian Kompas, melalui rangkaian project NFT, berharap skena ini melahirkan harapan dan jalan baru bagi berseminya kreasi dan potensi ekonomi yang tumbuh bersamanya.

Baskara Puraga, pegiat fotografi dan NFT yang juga hadir di Twitter Spaces “Wajah Fotografi: dari Jurnalistik hingga NFT”, optimistis akan peluang baru karya-karya foto di jagat NFT.

“Ada banyak karya foto yang dari sisi visual atau narasi punya nilai, tapi tidak punya cukup ruang untuk diapresiasi. Dengan NFT, karya-karya ini jadi punya ruang."

"Dari sudut pandang saya, fotografi di NFT punya potensi yang besar di masa mendatang,” ujar Aga, sapaan akrabnya.

Project Narasi Foto Terkurasi akan membawa harian Kompas berkenalan dengan beragam skena foto yang sudah lebih dahulu eksis di berbagai jaringan blockchain.

Keunikan dan identitas masing-masing skena ini akan memengaruhi karya fotografi seperti apa yang akan dibawa harian Kompas ke beragam jejaring blockchain.

“Loka/Masa”, rilisan pertama Narasi Foto Terkurasi

Sebagai langkah pertama, harian Kompas merilis koleksi yang diberi judul tema “Loka/Masa”.

Pada koleksi ini, 57 foto karya fotografer harian Kompas dirilis melaluijaringan Tezos, salah satu blockchain dengan skena fotografi yang sudah cukup berkembang.

Baca Juga: Kognisi.id Hadirkan Edukasi Digital Berbasis NFT dengan Program KogiVerse

Dengan demikian, harian Kompas berkesempatan untuk belajar, menyerap, dan berjejaring dengan para kreator dan komunitas yang sudah terlebih dahulu merintis aktivitas berbagi kreasi.

Ade Andryani, anggota komunitas NFT Indonesia, mengaku merasa nyaman menggunakan blockchain Tezos.

“Saya pilih Tezos karena menurut saya blockchain ini ramah dengan biaya minting yang murah dan dukungan komunitasnya bagus,” tutur Ade.

Ia menjual beberapa karya fotonya di blockchain ini, selain tentu saja juga mengoleksi karya-karya NFT dari kreator lain.

Selain skena yang sudah terbentuk, jaringan Tezos juga memiliki interface sederhana yang ramah pengguna.

Dengan biaya transaksi (gas fee) yang relatif rendah, jaringan blockchain yang mengadopsi tagar #CleanNFT ini juga membuka peluang bagi mereka yang baru berkenalan dengan dunia NFT.

Oleh karena itu, rilisan Narasi Foto Terkurasi Loka/Masa juga ditujukan untuk memperkenalkan koleksi NFT foto kepada para pengguna mula.

Koleksi foto Kompas bisa didapatkan pengguna mulai harga 1 $XTZ (sekitar Rp 21.000).

Rilisan Loka/Masa bisa dikoleksi melalui lokapasar Objkt.com.

Baca Juga: 'Jadi Salah Satu Income Aku' Akui Seumur Hidup Gak Pernah Nyentuh Permainan Online, Kini Prilly Latuconsina Malah Keranjingan Main Game NFT, Klaim Hasilkan Cuan!

Foto-foto tersebut diseleksi dari karya-karya foto rentang tahun 2003 hingga 2018.

Karya-karya ini disarikan dari arsip foto yang pernah dikurasi untuk buku fotografi Unpublished (2014) dan Sportscapes (2018).

Total terdapat 17 fotografer yang berkontribusi pada rilisan perdana ini.

Masing-masing foto akan dirilis sejumlah 57 edisi, sesuai dengan usia harian Kompas pada tahun ini.

Sebagaimana produk jurnalisme, setiap foto membawa narasi dan informasi yang memuat kaidah jurnalistik, termasuk stempel identitas loka (place) dan masa (time).

Foto yang dirilis juga masih membawa marwahnya sebagai produk jurnalistik yang mempunyai karakteristik sans olah dan manipulasi yang bisa mendistorsi narasi faktualnya.

Total 3249 NFT (57 foto, masing-masing 57 edisi) berupa foto karya fotografer harian Kompas ini bisa dikoleksi melalui rilisan “Loka/Masa” yang disebar dari bulan September hingga Desember 2022.

Setiap koleksi NFT bisa dikonversi ke dalam poin yang bisa ditukar dengan sejumlah utilitas menarik dari role di kanal komunitas, membership, hingga produk fisik eksklusif.

Baca Juga: Buka Kesempatan Bagi Semua Musisi, Once Mekel Hadirkan Kolaborasi Menarik dalam Bentuk NFT

Dengan nilai tambah tersebut, kolektor tidak hanya mendapatkan digital collectibles, tetapi juga mempunyai aset lainnya di dunia nyata.

“Model ini diharapkan bisa semakin memperkenalkan project berbasis NFT ke khalayak yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan misi harian Kompas dengan rangkaian project-nya, yaitu memperkenalkan skena NFT sebagai lahan untuk memberi apresiasi terhadap sebuah kreasi,” ujar Project Lead NFT Kompas Helman Taofani.

Sebagai bagian langkah mula, rilisan “Loka/Masa” tentunya akan diikuti dengan berbagai program lainnya.

Semua masih membawa benang merah dari project besar NFT Kompas yang telah dimulai sejak Juni lalu, yaitu memperkenalkan produk-produk jurnalistik berkualitas.

Harian Kompas melihat bahwa project ini bagian dari upaya meraba di titik awal perkembangan teknologi web 3, jaringan blockchain, dan penggunaan NFT yang bisa memberi manfaat baik bagi kreasi dan jurnalisme.

Baca Juga: 'Sikat Gak Nih?' Mengikuti Jejak Ghozali Sambut Perkembangan Zaman, Wendi Cagur Tunjukkan Minatnya Terjun di Bidang NFT

(*)