Find Us On Social Media :

Peluncuran Buku Merah Kirayu dan Talkshow Tantangan Kartun Masa Kini di Palmerah, Yuk!

By Grid., Senin, 20 Februari 2023 | 17:50 WIB

Peluncuran Buku Merah Kirayu Karya Budhi Kurniawan di acara Palmerah, Yuk! yang digagas Kompas Gramedia.

Grid.ID - Kompas Gramedia kembali hadir menggelar acara Palmerah, Yuk!, acara yang rutin diadakan sepekan sekali ini kembali membawa misi untuk ruang bertemu komunitas Kompas Gramedia.

Palmerah, Yuk! turut menghadirkan talkshow yang memberikan banyak manfaat serta pengetahuan kepada para pengunjung, pasar Jumat, hingga peluncuran buku Merah Kirayu dan talkshow Tantangan Kartun Mas Kini.

Pada gelaran ketiga pekan ini, Palmerah, Yuk! menghadirkan narasumber yang kredibel di bidangnya.

Beragam narasumber berkesempatan sharing di Bincang Pagi dan Bincang Sore.

Bincang Pagi diisi oleh pembicara Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo, Novelis Ayu Utami, dan founder VISI LAW OFFICE Donal Fariz dengan tema “Peluncuran Buku Merah Kirayu Karya Budhi Kurniawan”.

Pada Bincang Pagi yang digelar pada pukul 10.00 - 11.30 WIB ini dimoderatori oleh Wakil Ketua Umum DPP PSI Andy Budiman.

Selain itu, Bincang Sore dengan tema “Tantangan Kartun Masa Kini” ini diisi oleh Kartunis Kartun Editorial “Timun” Rahmat Riyadi, Penulis Seno Gumira Ajidarma, dan Kartunis Muhammad “Mice” Misrad pada pukul 15.00 - 16.00 WIB yang dipandu oleh Litbang Kompas Arita N.

Kolaborasi yang dihadirkan dalam Palmerah, Yuk! adalah wujud pengimplementasian semangat gotong-royong dalam menciptakan kebersamaan di Palmerah.

Buku Merah Kirayu merupakan buku novel bernuansa politik pertama yang ditulis oleh Budhi Kurniawan.

Peluncuran buku Merah Kirayu juga dimeriahkan oleh kehadiran para sahabat, yakni Lesbumi, NUJU, dan Sanggar Seni Trotoar.

Kedua komunitas kesenian dan kebudayaan dari Jakarta Utara membawakan beberapa judul puisi serta lagu untuk mengenang dan meneruskan perjuangan Budhi Kurniawan.

Baca Juga: Ajak Pengunjung untuk Melek Teknologi Digital, Palmerah, Yuk! Kali Ini Bahas NFT

Istri Budhi Kurniawan menyampaikan bahwa Buku Merah Kirayu merupakan novel pertama yang Budhi tulis dan diterbitkan lima bulan setelah kepergian almarhum.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun beliau sudah tiada, namun karyanya abadi dan dapat terus dikenang.

Budiman Tanuredjo mengungkapkan bahwa baginya Budhi adalah jurnalis yang totalitas dalam berekspresi.

Baginya, Buku Merah Kirayu terdengar ear-catching karena Budhi menulis buku ini dengan gaya bahasanya sendiri dan ingin menjadi seorang penulis yang mandiri untuk memperjuangkan kegelisahannya.

“Budhi adalah salah satu jurnalis yang jarang karena ide-idenya dan tulisan-tulisannya selalu ada yang mau diperjuangkan.”

“la akan memberikan rohnya, sehingga jurnalisme tidak kosong.”

“Jurnalisme tidak hanya sekadar tulisan, tetapi ada sesuatu yang ingin ia perjuangkan,” ujar Budiman Tanuredjo dalam sesi diskusi.

Ayu Utami yang juga merupakan sahabat Budhi Kurniawan mengekspresikan rasa syukur karena pernah berkesempatan untuk mengenal dekat sosok Budhi sebagai wartawan muda yang punya idealis tinggi.

“Kebersamaan saya dengan Budi sangat istimewa karena itu merupakan momen di mana kita wartawan muda masih punya idealisme yang tinggi.”

“Buku ini adalah kegelisahan apa yang tampak di layar dan apa yang tidak tampak di layar.”

“Terkadang apa yang tampak di TV berbeda dengan apa yang tidak tampak,” pungkas Donal Fariz.

Baca Juga: Awal Tahun 2023 Palmerah, Yuk! Kembali Digelar dengan Tema Besar Kegelisahan

Selain Buku Merah Kirayu, Palmerah, Yuk! Kali ini juga menghadirkan pameran tunggal “Parodi Negeri Kami: 38 Tahun Kartun Strip Timun” karya Rahmat Riyadi.

Pameran ini berlangsung pada 16-28 Februari 2023 pukul 10.00 - 18.00 WIB.

Pameran ini disambut sebagai usaha untuk mendokumentasikan kartun Timun sebagai komik strip di Harian Kompas yang hadir menyapa publik selama hampir empat dasawarsa.

Rahmat berpandangan bahwa kita harus bisa beradaptasi untuk tetap hidup.

Ia mengungkapkan keinginannya untuk membuat animasi Timun.

“Untuk tetap hidup, kita harus belajar beradaptasi. Mestinya kartun-kartun jaman dulu harus bisa dihidupkan lagi walaupun kartunisnya sudah tidak ada.”

“Kita gak bisa ngotot tetap menggunakan kertas, pada akhirnya kita akan tetap pindah ke digital. Saya sempat memikirkan untuk membuat animasi Timun.”

Seno Gumira Ajidarma menganalogikan bahwa Timun ini seperti film Superman yang meskipun sudah lama, tapi masih bisa dinikmati hingga hari ini.

“Gak perlu basa-basi, semua bisa kita temukan lewat kartun. Di situ sudah ada sari pati seluruhnya.”

“Sama seperti Superman, walaupun itu film lama, sampai saat ini kita masih ingat dan dapat dinikmati oleh seluruh kalangan.” (*)