Find Us On Social Media :

Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, 6 Orang Meninggal Dunia di Papua Akibat Kekeringan, Diare dan Dehidrasi Jadi Penyebabnya!

By Grid., Selasa, 1 Agustus 2023 | 13:07 WIB

Ilustrasi kekeringan.

Grid.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun, sebanayk 6 orang meninggal dunia di Papua.

Kematian 6 orang di Papua tersebut terjadi lantaran adanya bencana kekeringan.

Sebelum meninggal dunia, 6 orang di Papua itu sempat mengalami diare dan dehidrasi akibat bencana kekeringan yang melanda.

Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah, dilanda bencana kekeringan.

Sebanyak enam orang dilaporkan meninggal dunia akibat kekeringan tersebut.

Kondisi ini membutuhkan penanganan segera dari pemerintah.

"Bencana kekeringan telah menyebabkan enam orang meninggal dan kelaparan bagi masyarakat di daerah terdampak," kata Bupati Puncak Willem Wandik, melalui keterangan tertulis, Kamis (27/7/2023).

Korban meninggal akibat kekeringan itu yakni Yenis Telenggen (38), Yemina Murib (42), Ater Tabuni (46), Tenus Murib (46), Tera Murib (39) dan bayi bernama Ila Telenggen.

Rata-rata, korban meninggal dalam kondisi lemas, sakit diare, panas dalam, sariawan dan sakit kepala.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan, kekeringan di Kabupaten Puncak menyebabkan tanaman warga gagal panen.

Hal ini membuat warga di dua distrik itu kesulitan mendapatkan bahan makanan sejak 3 Juni 2023.

Baca Juga: HUJAN Salju Selimuti Mimika Papua Bak di Eropa, Ini Penjelasan BMKG Mengenai Fenomena Alam Langka di Indonesia

Selain itu, warga juga kesulitan mendapatkan air bersih.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Puncak, per Minggu (30/7/2023), terdapat 7.500 warga yang terdampak bencana kekeringan itu.

"Enam warga yang meliputi lima orang dewasa dan seorang bayi meninggal dunia, diduga disebabkan diare dan dehidrasi," kata Abdul dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (31/7/2023).

Bantuan sempat tertahan

Sementara itu, bantuan bahan makanan menuju Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume sempat tertahan karena tidak ada layanan penerbangan ke lokasi bencana kekeringan akibat faktor keamanan.

Lokasi terdampak kekeringan tergolong rawan karena masuk dalam wilayah perlintasan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di tiga kabupaten, yaitu Puncak, Puncak Jaya dan Lanny Jaya.

"Dari Sinak, Puncak, juga merupakan daerah basis KKB," kata Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri di Jayapura, Kamis (27/7/2023).

Pada Sabtu (29/7/2023), bantuan ke lokasi bencana kekeringan akhirnya tersalurkan, setelah Pemerintah Kabupaten Puncak menyewa pesawat milik PT Reven Global Airtransport.

Pesawat itu membawa bantuan yang terdiri dari 1 drum BBM, 400 kilogram bantuan makanan dari Panglima TNI dan 200 kilogram bantuan makanan dari Pemerintah Puncak.

Selain itu, pesawat Reven Global Air Trasnport PK RVV itu juga membawa Bupati Puncak Willem Wandik.

"Bupati Puncak Willem Wandik terbang menggunakan pesawat Reven Global Air Trasnport PK RVV yang take off dari Bandara Mozes Kilangin Timika menuju bandara Agandume," ujarnya melalui keterangan tertulis, Sabtu.

Baca Juga: Pertemuan Pertama Berujung Maut, Inilah Pelaku Pembunuhan Anak Pj Gubernur Papua Pegunungan, Ternyata Masih Mahasiswa

Dampak El Nino

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, kekeringan di Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume masih akan berlangsung hingga satu bulan ke depan.

"Diperkirakan musim kemarau terjadi hingga September ini. Intensitas hujan rendah, suhu panas dan pada malam hari suhu udara turun hingga di bawah 10 derajat celsius," kata Kepala Stasiun Klimatologi Jayapura Sulaiman di Jayapura, Jumat (28/7/2023).

Sulaiman menyebut, bencana kekeringan itu merupakan dampak dari Badai El Nino.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan, bencana kekeringan di Kabupaten Puncak menunjukkan bahwa dampak El Nino sangat serius.

"Dampak (El Nino) ini tidak main-main. Sudah terjadi di Kabupaten Puncak.

Di sana terjadi kekeringan dan gagal panen dan enam orang meninggal dunia," ujar Tito saat memberikan materi pada acara penyerahan insentif fiskal untuk daerah yang digelar di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta Pusat, Senin (31/7/2023).

Tito meminta para kepala daerah memahami dampak El Nino tersebut.

Kepala daerah juga harus memahami daerah berisiko mengalami kekeringan akibat El Nino.

Presiden minta segera ditangani

Sementara itu, Presiden Joko Widodo memerintahkan supaya bencana kekeringan di Kabupaten Puncak segera tertangani.

"Saya sudah perintahkan kepada Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan), Menteri Sosial, BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan juga di daerah, di Papua, untuk segera menangani secepat-cepatnya," kata Presiden Jokowi usai meresmikan sodetan Ciliwung-Kanal Banjir Timur di Jakarta Timur, Senin (31/7/2023).

Baca Juga: Arti Mimpi Kekeringan, Lambangkan Rasa Frustasi hingga Tekanan Hidup, Perhatikan Kondisi Mental Anda

Presiden juga meminta TNI untuk ikut mengawal penanganan bencana tersebut.

Sebab, ada risiko keamanan yang menyertai penanganan bencana kekeringan di Kabupaten Puncak.

Menurut Jokowi, letak geografis dua distrik yang terdampak bencana kekeringan berada di ketinggian.

Pada musim seperti ini, tanaman warga akan sulit tumbuh sehingga menyebabkan warga kekurangan bahan makanan dan kelaparan.

"Problem-nya supaya tahu, itu ada daerah spesifik yang kalau di musim salju itu yang namanya tanaman tidak ada yang tumbuh.

Di ketinggian yang sangat tinggi distrik itu," katanya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Benacana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dijadwalkan akan terbang ke Kabupaten Puncak pada Rabu (2/8/2023) untuk menyerahkan bantuan dan dukungan logistik ke Pemkab Puncak.

Artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul: 6 Orang Meninggal Akibat Bencana Kekeringan di Papua Tengah (*)