Find Us On Social Media :

KISAH di Balik Tanggal 17 Agustus yang Dipilih jadi Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Dipercaya sebagai Angka Keramat?

By Grid., Senin, 7 Agustus 2023 | 13:20 WIB

Foto pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno.

Grid.ID - Tanggal 17 Agustus 1945 merupakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Hingga saat ini masyarakat Indonesia masih terus memperingati tanggal 17 Agustus sebagai hari ulang tahun RI.

Namun, tahukah kamu ternyata ada kisah tersendiri mengapa 17 Agustus dipilih sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia?

Benarkah tanggal 17 Agustus merupakan angka yang kramat dan penuh filosofi?

Seperti yang telah diketahui, pernyataan kemerdekaan Indonesia pertama kali dikumpandangkan pada 17 Agustus 1945.

Kala itu Soekarno membacakan teks Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Semenjak itu, tanggal 17 Agustus selalu diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia.

Di balik gentingnya suasana serta perjuangan bangsa Indonesia ketika itu, terdapat beberapa fakta mengapa tanggal 17 Agustus dipilih sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia.

Salah satunya, terkait dengan keyakinan Bung Karno dengan angka 17 yang dipercaya bisa memberikan harapan.

Berikut fakta-fakta yang dirangkum Grid.ID dari TribunJakarta.com :

Baca Juga: Jadwal Upacara 17 Agustus HUT RI ke-78, Mulai dari Dzikir Kebangsaan Sampai Upacara di Istana Negara dengan 8.000 Undangan

1. Dipilih setelah didesak pemuda Indonesia

Berdasarkan sejarah Kemerdekaan Indonesia, sebelum proklamasi dilakukan sempat terjadi perdebatan antara pemuda Indonesia dengan Soekarno.

Tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1945, para pemuda yang mengetahui bahwa Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat kepada rombongan sekutu, langsung mendesak Soekarno dan Hatta untuk memanfaatkan situasi dengan menyatakan Proklamasi Kemerdekaan.

Para pemuda yang terdiri dari Chaerul Saleh, Sukarni, dan lainnya, berusaha untuk meyakinkan Bung Karno bahwa pasukan sudah siap mengepung kota.

Hal ini dimaksudkan, untuk mengusir tentara Jepang.

Meski begitu, hal ini tidak disetujui oleh Soekarno karena kekuatan pasukan yang segelintir itu, dianggap tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata.

Para pemuda pun tak puas dengan jawaban Soekarno-Hatta.

Mengutip laman Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, setneg.go.id, esok harinya di tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, Bung Karno dan dan Bung Hatta dibawa ke Rengasdengklok oleh kelompok pemuda.

Tujuannya, agar para pemuda bisa kembali menekan Soekarno untuk segera menyatakan kemerdekaan.

Tetapi usaha tersebut rupanya tidak juga membuahkan hasil, sehingga perdebatan kembali terjadi.

Baca Juga: Link Twibbon HUT RI ke-78 Beserta Artinya, Sambut Kemerdekaan RI dengan Logo Baru Ini yuk!

Berikut bunyi percakapan antara Bung Karno dan para pemuda, sebagaimana ditulis oleh Lasmidjah Hardi (1984:60)

"Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu.... Lalu apa ? teriak Bung Karno sambil beranjak dari kursinya, dengan kemarahan yang menyala-nyala. Semua terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara".

Ketika suasana mulai tenang, akhirnya Bung Karno kembali bersuara.

Ia menyebutkan bahwa Kemerdekaan Indonesia direncanakan akan dilakukan pada 17 Agustus 1945.

Sekitar sore harinya, Ahmad Soebardjo datang dan berusaha membujuk para pemuda untuk melepaskan dwitunggal.

Mereka bersedia dengan jaminan bahwa proklamasi akan terjadi esok hari (17 Agustus).

2. Diyakini sebagai angka pembawa harapan

Desakan yang dilakukan oleh para pemuda di Rengasdengklok, membuat Soekarno mengatakan alasan mengapa tanggal 17 Agustus dipilih sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia.

Dalam sebuah dialog, dijelaskan bahwa maksud Bung Karno memilih tanggal 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan karena angka 17 memiliki makna tersendiri.

Berikut bunyi percakapan antara Bung Karno dan para pemuda di Rengasdengklok terkait pemilihan tanggal 17 Agustus, sebagaimana ditulis oleh Lasmidjah Hardi (1984:60), dikutip dari laman Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, setneg.go.id

Baca Juga: 5 Arti Mimpi Lomba 17 Agustus, Simbol Patriotisme yang Terpendam, Simak Ulasan Lengkapnya!

"Revolusi berada di tangan kami sekarang dan kami memerintahkan Bung, kalau Bung tidak memulai revolusi malam ini, lalu.... Lalu apa ? teriak Bung Karno sambil beranjak dari kursinya, dengan kemarahan yang menyala-nyala. Semua terkejut, tidak seorang pun yang bergerak atau berbicara".

Ketika suasana kembali tenang, Bung Karno pun menjelaskan bahwa merencanakan seluruh kegiatan itu pada tanggal 17.

Salah seorang pemuda yakni Sukarni bertanya, kenapa harus tanggal 17?

"Mengapa tidak sekarang saja," tanya Sukarni.

"Saya tidak dapat menerangkan dengan pertimbangan akal, mengapa tanggal 17 lebih memberi harapan kepadaku. Akan tetapi saya merasakan di dalam kalbuku, bahwa itu adalah saat yang baik."

"Angka 17 adalah angka suci. Pertama-tama kita sedang berada dalam bulan suci Ramadan, waktu kita semua berpuasa, ini berarti saat yang paling suci bagi kita."

"Tanggal 17 besok hari Jumat, hari Jumat itu Jumat legi, Jumat yang berbahagia, Jumat suci. Al-Quran diturunkan tanggal 17, orang Islam sembahyang 17 rakaat, oleh karena itu kesucian angka 17 bukanlah buatan manusia."

Demikianlah dialog antara Bung Karno dengan para pemuda di Rengasdengklok.

Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan

Setelah perdebatan tersebut, persiapan Kemerdekaan Indonesia akhirnya dilakukan.

Baca Juga: Tepat di Hari Kemerdekaan Indonesia, Film 'Ketika Berhenti di Sini' Bakal Tayang di Malaysia

Rombongan Soekarno-Hatta, kembali ke Jakarta. Rumah Laksamada Maeda, dipilih sebagai lokasi penyusunan naskah Proklamasi.

Penyusunan teks proklamasi itu dilakukan tepatnya di ruang makan rumah Laksamana Maeda.

Tepatnya pada 17 Agustus 1945 dini hari, naskah proklamasi yang disusun Soekarno, Hatta dan Soebardjo selesai dirumuskan.

Konsep Proklamasi, dituliskan oleh Soekarno pada secarik kertas dengan penuh pemikiran.

Naskah pun kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.

Sambil didampingi BM Diah, Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi itu dan diserahkan kembali kepada Soekarno dan ditandatangani.

Adapun pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dilakukan sekitar pukul 10.00 pagi di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56.

Berikut isi teks proklamasi kemerdekaan

"Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.

Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05

Atas nama bangsa Indonesia

Soekarno/Hatta."

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Fakta 17 Agustus Dipilih Sebagai Hari Kemerdekaan, Benarkah Dulu Diyakini Sebagai Angka Keramat?

(*)