Find Us On Social Media :

Putri Indro 'Warkop' Hada, Kenang Rawat Mendiang Ibunda saat Idap Kanker Paru

By Dianita Anggraeni, Sabtu, 25 November 2023 | 19:03 WIB

Hada Kusumonegoro.

Grid.ID - Nita Octobijanthy, istri dari Indro Warkop meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker paru-paru yang dideritanya pada (9/10/2018).

Ya, kanker paru-paru yang diidap Istri Indro Warkop dikenal sebagai salah satu penyakit paling mematikan.

Hada Kusumonegoro, putri dari Indro Warkop mengenang momen haru saat ia merawat mendiang sang ibunda.

Hada mengakui pentingnya peran support system dalam masa perawatan. 

Baca Juga: Nanie Darham Drop hingga Meninggal 5 Menit Usai Operasi, Begini Nasib Dokter yang Tangani sang Artis Sedot Lemak, Auto Diburu Polisi

“Saya ingat sekali, ketika alm. Ibu saya didiagnosis mengidap kanker paru, saya merasa dunia saya runtuh seketika. Apalagi bagi alm. Ibu saya. Sudah pasti, dunianya pun hancur berantakan juga. Tapi, saya tidak bisa terus hanyut dalam kehancuran itu. Ibu dan keluarga butuh pegangan untuk bertahan dan melalui cobaan yang kami terima ini,” cerita Hada dalam acara memperingati Bulan Kesadaan Kanker Paru di kawasan Jakarta Pusat, (24/11/2023).

Ia melanjutkan, “Saya pun tersadar bahwa saya harus menjadi pendamping yang kuat untuk bisa menguatkan alm. Ibu. Untungnya, saya bertemu dengan para tenaga medis terbaik semasa saya menemani alm. Ibu berobat untuk menghadapi kanker parunya. Maka dari itu, saya setuju sekali kalau para pasien kanker paru, dan penyakit apapun, memang harus memiliki support system terbaik yang bisa menguatkan mereka melewati hari-harinya. Karena setiap hari esok sangat bermakna bagi kami”.

Sembuh itu bonus, Hada memberikan tips bagi para Caregiver supaya tetap semangat dan optimis.

"Aku benar-benar selalu berpesan jangan cengeng. Sedih itu gak semua orang, tapi untuk melakukan yang terbaik untuk orang tua adalah pilihan kita. Jadi selagi ada waktu percaya ini adalah waktunya memberikan service terbaik. Pengobatan itu udah banyak, keputusan tercepat itu sangat penting untuk tidak pergi ke mana-mana jadi gak ada penyesalan di akhir. Jadi jangan pernah nunjukin kita juga sedih," pungkasnya.

Baca Juga: Anak Bujangnya Sukses Jadi Aktor, Ummi Pipik Nangis Diberi Kado 1 Unit Rumah dan Mobil Mewah oleh Abidzar: Itu Hasil Kerja Keras Dia

Memperingati Bulan Kesadaran Kanker Paru di bulan November, MSD Indonesia mengadakan acara edukasi Kesehatan untuk masyarakat luas terkait penyakit kanker paru. 

MSD Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mengadakan acara dengan mengangkat tema “Setiap Detik, Setiap Jam, Setiap Hari, Setiap Tambahan Hari Esok Akan Sangat Berarti Untuk Pasien Kanker Paru dan Keluarganya”.

Edukasi ini sangat penting bagi masyarakat luas menimbang kanker paru adalah penyakit kanker dengan angka kasus ketiga terbanyak di Indonesia.

Berdasarkan data kebanyakan penderitanya adalah para pria.

Menurut data dari Global Burden of Cancer Study (Globocan) tahun 2020, terdapat 34,783 kasus baru kanker paru di Indonesia dan 30,843 penderita meninggal dunia, sehingga menjadikan penyakit ini memiliki angka penyebab kematian akibat kanker paling tinggi dibandingkan dengan jenis kanker lainnya.

Baca Juga: Ngaku Alami PTSD, Prilly Latuconsina Akui Butuh Support System

Lebih lanjut, diketahui pula bahwa lebih dari 70% pasien kanker paru di Indonesia merupakan usia produktif 59 tahun atau bahkan lebih muda.

George Stylianou, Managing Director MSD Indonesia, menyatakan, “Jika seseorang terdiagnosis kanker paru, hal ini tidak hanya berdampak pada kehidupan pasien itu sendiri, tetapi juga keluarga, teman, dan komunitasnya. Oleh karena itu, MSD Indonesia melalui kesempatan ini melakukan edukasi untuk publik terutama orang-orang yang mengenal seseorang yang mengidap kanker paru untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini agar teredukasi dengan informasi yang lebih baik sehingga dapat meminimalkan risikonya dan juga mengetahui bagaimana menjadi lebih suportif terhadap pasien”.

MSD menekankan pentingnya “hari esok” karena, bagi para pasien kanker paru dan keluarganya, tambahan satu hari untuk saling mempersembahkan cinta merupakan anugerah yang tak terkira dan sangat berharga.

“Setiap pasien pastinya memiliki kondisi yang berbeda-beda, baik fisik dan juga mental. Untuk itu, peran perawat, tenaga medis maupun support system dari orang-orang sekitar, merupakan hal vital bagi para pasien. Support system tersebut diharapkan bisa menjadi sumber kekuatan bagi para pasien untuk menjalani ragam perawatan dan memiliki optimisme menghadapi pengobatannya untuk mendapatkan hasil yang terbaik,” tutur Prof. Dr. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FACP, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia.

Baca Juga: Fandy Christian Rayakan Anniversary Pernikahan Setelah Sempat Dituding Mendua Oleh Dahlia Poland, Netizen: Jangan Selingkuh!

Sebagai penyintas kanker paru dan Anggota Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Retno Noto Soedjono pun merasakan pentingnya support system yang ia miliki ketika harus bertaruh melawan kanker paru stadium awal.

“Ketika dokter mendiagnosis saya dengan kanker, seketika saya tidak tahu harus bagaimana nasib hidup saya kedepannya. Secara emosional saya terguncang dan rasanya ingin menyerah. Tapi, saya bersyukur sekali karena keluarga saya selalu ada dan hadir untuk memberikan saya dukungan. Mereka mau mengubah rutinitasnya demi menemani saya setiap hari mengikuti proses pengobatan saya, selalu mengajak saya ngobrol supaya saya tidak merasa sendirian hingga selalu menghujani saya dengan pelukan. Itu sangat menguatkan saya dan membuat saya bisa melewati masa sulit dalam hidup saya dan terus melihat kedepan menanti hari esok yang lebih cerah.” jelasnya.

Hal lain yang berpotensi menggerus emosi dan psikologis adalah banyaknya berita misinformasi (hoaks) yang beredar tentang kanker paru ini. 

Dari minuman probiotik dapat mencegah kanker paru, memakai masker terus menerus dapat menyebabkan kanker paru hingga diagnosa sendiri saat gejala kanker paru muncul. 

Berita-berita yang sensasional seperti ini yang mengalihkan perhatian masyarakat dari informasi yang tepat tentang penanggulangan kanker paru.

Baca Juga: Kebaikan Raffi Ahmad saat Jadi MC Pernikahan Anak Bos Air Asia Dibongkar Habis-habisan, Melaney Ricardo Singgung Honor Sultan Andara

Prof. dr. Elisna Syahrudin, PhD. SpP(K), Guru Besar Departemen Pulmonologi Kedoteran Respirasi FKUI dan Ketua Kanker Paru, Yayasan Kanker Indonesia menjelaskan, “Gejala kanker paru mirip dengan penyakit gangguan pernapasan pada umumnya, seperti batuk dengan/tanpa dahak, batuk darah, sesak napas, suara serak, sakit dada, sulit/sakit menelan, terdapat benjolan pada pangkal leher, dan sembab di muka serta leher menjadi gejala awal kanker paru . Maka dari itu, jika mengalami gejala-gejala tersebut, wajib untuk langsung melakukan pemeriksaan mendalam dan segera ke dokter atau rumah sakit terdekat. Hindari diagnosis sendiri, dengan mengacu pada informasi yang tersebar di internet.”

Ia juga menjelaskan bahwa, “Hal penting lainnya adalah prognosis penyakit paru sangat tergantung pada stadium penyakit pada saat ditemukan. Sehingga pengenalan terhadap risiko pada program skrining dan deteksi dini perlu dilakukan pada kelompok beresiko. Penemuan penyakit pada stadium awal memungkinkan pasien dapat menjalani pembedahan. Kabar baik lainnya adalah semakin lengkapnya modalitas terapi kanker paru dan terbukanya akses, maka pilihan terapi yang tepat untuk kasus dengan stadium lanjut menunjukan peningkatan umur harapan hidup dan kualitas hidup yang lebih baik”.

Melalui acara ini, MSD dan YKI menandatangani kerjasama untuk berkolaborasi dalam menyelenggarakan pameran seni bertemakan “Close the Cancer Gap” dalam rangka Hari Kesadaran Kanker Dunia yang akan berlangsung pada 1–4 Februari 2024 di Indonesia Design District PIK 2. 

Pameran tersebut terbuka untuk umum, dan diharapkan dapat dikunjungi oleh masyarakat luas untuk meningkatkan kesadaran terkait penyakit kanker di Indonesia.

(*)