Find Us On Social Media :

Kisah Anak Terduga Teroris, Memilih Tinggal Dengan Neneknya Ketimbang Ayahnya

By GRID, Jumat, 18 Mei 2018 | 14:54 WIB

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengunjungi anak korban pelaku bom Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (15/5/2018). Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian mengunjungi anak korban pelaku bom rumah susun Wonocolo, Sidoarjo. Selasa (15/5).

Grid.ID - Ledakan bom di Rusunawa Wonocolo di Taman, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) malam, menewaskan anggota keluarga Anton Febrianto (47).

Ledakan bom juga menewaskan istri Anton, Puspitasari (47), dan anak perempuan mereka, HAR (17), terlebih dahulu, dan kemudian melukai ketiga anak yang lain.

Anton kemudian tewas ditembak polisi yang datang ke lokasi.

HAR (17), anak terduga teroris di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, memilih hidup di jalannya sendiri tanpa mengikuti paham yang diberikan ibu dan ayahnya, Anton Febrianto dan Puspitasari.Ia menolak doktrin orang tuanya untuk menjadi teroris, seperti yang didapat ketiga adiknya yang selamat, AR (15), FP (11) dan GHA (10) HAR memilih tinggal bersama sang nenek dan menyelesaikan sekolahnya.Hal itu diketahui dari penjelasan Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin di Media Center Polda Jatim, Selasa (15/5/2018).

Baca juga : Wanda Hamidah Menduga Teror Bom di Surabaya Ada Kaitannya dengan Masalah Ekonomi"Ada satu anak dewasa yang di Rusun Wonocolo itu menolak ikut ajaran dari orangtuanya," kata ujar Machfud, mengutip dari TribunJatim.com."Ia memilih untuk tetap bersekolah dan ikut dengan neneknya," tambahnya.Kapolda Jatim menjelaskan, satu cara pendoktrinan agar anak-anak mau sejalan dengan orang tuanya adalah dengan memperlihatkan video jihad secara rutin.Hal itu dilakukan untuk membentuk ideologi anak."Seperti rajin memberikan tontonan video jihad kepada anak-anak untuk membentuk ideologi sejak dini. Cara ini dilakukan oleh semua pelaku, mereka satu jaringan," kata Machfud.

Baca juga : Deretan Mobil Mewah Sering Hadiri Rapat Misterius di Rumah Bomber Surabaya

"Dan rutin hadir di pengajian rumah Dita (pelaku bom tiga gereja di Surabaya)," tambahnya.Untung saja, HAR teguh dengan pendiriannya dan menolak doktrin kebohongan yang diberi Anton dan Puji kepada tiga adiknya.Kini, orang tua HAR sudah tiada. Anton dan Puji tewas akibat bom yang meledak di Rusun Wonocolo, Taman, Sidoarjo.Ya, bom itu adalah bom mereka sendiri.Insiden tersebut terjadi di malam setelah ledakan bom di tiga gereja Surabaya, Minggu (13/5/2018).Selain menewaskan Anton dan Puji, bom tersebut juga menewaskan adik HAR, AR.Pada saat insiden, HAR diketahui juga ikut menolong dua adik bungsunya yang terkena ledakan bom.

Baca juga : Ketika Para Wanita Berhijab Datangi Gereja untuk Rendra Bayu, Korban Bom SurabayaArtikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Satu Anak Anton Tolak jadi Teroris, Ternyata Begini Cara Orang Tuanya dalam Mendoktrin.