Find Us On Social Media :

Teman Bangku SMA Beberkan Proses 'Cuci Otak' Dita Supriyanto, Pelaku Bom Bunuh Diri di Surabaya

By Seto Ajinugroho, Kamis, 24 Mei 2018 | 02:00 WIB

Dita Supriyanto bersama istri dan keempat anaknya

Mereka bilang Dita itu pribadi yang baik, suka bersedekah dan setia kawan serta masih banyak lagi lainnya.

Ahmad Faiz juga tak membantah pernyataan tersebut.

"Yang perlu orang orang sadari, kenal Dita atau orang orang seperti ini, kenalnya sejauh mana? Tetangganya saja tidak tahu. Ibunya juga enggak tahu, begitu pula teman teman di pengajian. Siapa yang tahu? Ya yang mengkader Dita, mentornya," ungkap Faiz.

Ahmad Faiz juga melanjutkan bahwa orang-orang seperti Dita tak akan sharing kepada semua orang tentang apa yang diperbuatnya.

BACA : Rekaman CCTV Ungkap Kasus Penculikan Wanita di Bandara

"Saya tahu dia dari orang-orang yang pernah jadi mentor Dita saat itu. Saya berteman baik dengan para mentor itu, bahkan sampai mereka bertobat sekarang," tambah Faiz.

Ahmad Faiz mengungkapkan saat dirinya dan Dita duduk di bangku SMA, ideologi yang disampaikan para mentornya masih dalam meyakini negara tidak benar lantaran aturan yang dipakai bukan Islam.

Saat itu ideologi salah kaprah tersebut hanya diyakini dalam hati saja, tidak ada unsur kekerasan.

"Nah Dita sudah punya benih saat di SMA, kemudian dia berevolusi ke organisasi yang lebih ekstrem, menghalalkan darah orang lain. Menjadi teroris itu tidak ujug-ujug (mendadak), ada prosesnya," lanjut Faiz.

Pada proses menjadi teroris tersebut, Ahmad Faiz menyebutkan ada empat stadium hingga seseorang bisa berubah menjadi teroris.

"Stadium empat sekarang jumlahnya masih kecil, tapi kalau stadium satu sudah banyak," ujar Faiz.

Stadium satu ditandai bahwa seseorang hanya akan mempercayai bahwa golongannya saja yang paling benar.