Find Us On Social Media :

Sempat Hentikan Laga Final Piala Dunia 2018, Ini 3 Aksi Pussy Riot yang Menyita Perhatian

By Arif B Setyanto, Rabu, 18 Juli 2018 | 10:03 WIB

Petugas membopong salah seorang anggota band Pussy Riot keluar lapangan

Grid.ID - Ada kejadian yang menyita perhatian saat final Piala Dunia 2018 antara Prancis vs Kroasia.

Pada babak kedua tepatnya sekitar menit 52, ada 4 orang yang memasuki lapangan.

Mereka mengenakan kemeja putih, berdasi, dan memakai topis seperti petugas keamanan.

Menurut laporan Associated Press yan dilansir BolaSport.com, kelompok tersebut adalah Pussy Riot.

(BACA JUGA : Putri Denada Idap Leukimia, Inilah 11 Gejala Umum Kanker Darah )

Nama Pussy Riot pun menjadi perbincangan usai aksinya tersebut.

Lalu, siapa sebernanya mereka?

Pussy riot merupakan kelompok musik yang kritis terhadap pemerintahan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Pussy Riot menyuarakan protes terhadap pelanggaran hak asasi manusia di negaranya.

(BACA JUGA : Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic Jadi Sorotan di Piala Dunia 2018, Ternyata Begini Kecantikannya Saat Masih Muda )

Nah ternyata Pussy Riot juga melakukan aksi yang menyita dunia :

1. Invasi final Piala Dunia 2018

Setelah peristiwa masuknya 4 orang ke lapangan saat final Piala Dunia 2018, Pussy Riot mengeluarkan rilis bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

Dilansir dari akun Twitternya, Pussy Riot memberikan enam poin keinginan mereka melalui penyusupan di laga final tersebut.

1. Bebaskan semua tahanan politik.2. Berhenti penjarakan orang demi propaganda media sosial.3. Hentikan penangkapan ilegal selama aksi demonstrasi berlangsung.4. Perbolehkan segala bentuk kompetisi politik.5. Hentikan menciptakan kasus kriminal palsu, dan memenjarakan orang tanpa alasan.6. Ubah Polisi Buruk menjadi Polisi Baik.

(BACA JUGA : Denada Ungkap Gejala Awal Hingga Putrinya Didiagnosis Idap Leukimia )

2. Bernyanyi anti Putin

Selain aksinya menyusup ke final Piala Dunia 2018, Pussy Riot pernah melakukan aksi yang menyita perhatian.

Pengadilan Rusia pernah memvonis dua tahun penjara personel Pussy Riot.

Hal itu terjadi karena mereka menyanyikan lagu anti Presiden Vladimir Putin.

Pengadilan menetapkan tiga anggota band itu bersalah melakukan 'hooliganisme' dengan motivasi agama.

(BACA JUGA : Tak Hanya untuk Prancis, Presiden Donald Trump Juga Berikan Ucapan Selamat Pada Vladimir Putin dan Rusia di Ajang Piala Dunia 2018 )

"Pengadilan menyatakan mereka bersalah. Pengadilan meraih putusan berdasarkan kesaksian terdakwa sendiri dan bukti lain," kata Hakim Marina Syrova.

Jaksa menuntut hukuman tiga tahun penjara atas tiga anggota band itu.

Kemudian, para pendukung mereka melakukan protes di sejumlah tempat di Moskow.

Pussy Riot mengecam kasus tersebut yang mereka katakan diorganisir Putin.

Akhirnya, dua anggota grup dijatuhi hukuman penjara dua tahun.

Nah, penanhanan inilah yang menyebabkan protes membesar.

Beberapa LSM di Rusia menuntut pembebasan dua personel Pussy Riot.

Di Luar negeri para musisi seperti Madonna, Bjork hingga Paul Mccartney juga mendukung Pussy Riot.

Dua anggota Pussy Riot ini akhirnya bebas pada tahun 2014.

3. Olimpiade 2014

Pussy Riot diserang sekompok milisi suku Kosak saat mencoba tampil di seputaran arena Olimpiade musim dingin di Sochi, Rabu (19/02/2014).

Enam anggota kelompoknya yang terdiri dari 5 wanita dan satu pria diserang setidaknya oleh 10 anggota kelompok miliki Kosak.

Seorang penyerang menggunakan semprotan bubuk merica.

Sementara penyerang lainnya merusak peralatan musik serta meringkus para anggota Pussy Riot.

Pimpinan grup, Nadezhda Tolokonnikova bahkan dipukuli saat sudah berbaring di tanah.

Insiden berlangsung cepat hanya dalam waktu tiga menit.

Para penyerang kemudian meninggalkan lokasi sebelum polisi tiba. (*)