Find Us On Social Media :

Meninggal 60 Tahun Lalu, Identitas Jenazah ini Terpecahkan Berkat Media Sosial

By None, Jumat, 3 Agustus 2018 | 10:01 WIB

FOR USE AS DESIRED, YEAR END PHOTOS - FILE - Two young girls watch a World Cup soccer match on a television from their holding area where hundreds of mostly Central American immigrant children are being processed and held at the U.S. Customs and Border Protection Nogales Placement Center on Wednesday, June 18, 2014, in Nogales, Ariz. CPB provided media tours of two locations in Brownsville, Texas, and Nogales, that have been central to processing the more than 47,000 unaccompanied children who have entered the country illegally since Oct. 1. (AP Photo/Ross D. Franklin, File Pool)

Grid.ID - Dalam beberapa kasus, kehadiran media sosial sudah terbukti mampu membantu umat manusia untuk memecahkan misteri yang selama ini terpendam rapat.

Seperti kisah seorang pemain ski yang hilang di Alpen, Italia pada 1954. Melalui media sosial, misteri identitas pemain ski yang hilang tersbut dapat di pecahkan.

Menurut Polisi Negara Italia, jenazah laki-laki itu ditemukan di Matterhorn pada 2005 lalu.

Di sekitarnya ditemukan jam tangan, ski, kacamata, dan pakaian.

(Baca Juga :BMKG Peringati Gelombang Tinggi di Wilayah Indonesia Berikut ini)

Meski begitu, pihak berwenang Italia tidak dapat mengidentifikasi jenazah itu, yang ditemukan lebih dari 3.000 ribu meter di atas permukaan laut.

Mayat itu, seperti dilaporkan The Independent, ditemukan di sebuah gletser di resor Valtourneche.

Lalu pada 2017, para pejabat, dengan memanfaatkan kemajuan dalam teknologi penelitian DNA, mereka menemukan hal baru seputar misteri mayat itu.

Dari penelitian DNA itu, kepolisian menemukan bahwa mayat itu adalah seorang laki-laki berusia antara 30 hingga 35 tahun.

Para ahli mecatat, pakaiannya, yang tidak terlalu berat, mengindikasikan bahwa ia meninggal pada akhir musim dingin atau awal musim semi.

Benda-benda yang ditemukan bersamanya juga menunjukkan bahwa ia meninggal sekita tahun 1950-an. Dan yang lebih penting, kemungkinan besar ia orang Prancis.

The Guardian melaporkan, jaksa di Aosta Valley, Italia, kemudian memosting temuan penyelidikan itu di halaman Facebooknya bulan lalu.