Find Us On Social Media :

Dana Desa Bantu Petani Kopi Cupunagara Jadi Sejahtera

By Lalu Hendri Bagus Setiawan, Selasa, 25 September 2018 | 10:13 WIB

Laporan Wartawan Grid.ID, Lalu Hendri Bagus

Grid.ID - Anggaran Dana Desa yang digelontorkan pemerintah pusat, melalui Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada seluruh desa di Indonesia, dirasakan manfaatnya oleh warga desa Cupunagara, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Kamis (20/9/2018) Grid.ID mengunjungi Desa Cupunagara dan melihat secara langsung pemanfaatan Dana Desa di desa yang dikelilingi oleh tiga Gunung, yakni Gunung Canggah, Gunung Gede dan Bukit Tunggul tersebut.

Kepala Desa Cupunagara, Wahidin Hidayat saat ditemui Grid.ID mengatakan, desa yang ia pimpin mengalami kemajuan yang sangat pesat dengan adanya Dana Desa.

Desa yang berada di ketinggian 1800 MDPL itu pertama kali mendapatkan alokasi Dana Desa pada tahun 2015 dan jumlahnya terus meningkat sampai tahun 2018.

"Dana Desa kita dapat dari tahun 2015 mulai awal besarnya kisaran 300 juta, 2016 kita dapat 700 juta, 2017 menjadi 940 juta dan 2018 ini kita dapat sekitar 1,1 miliar," ujar Kepala Desa Cupunagara, Wahidin Hidayat, saat berbincang dengan Grid.ID.

Anggaran Dana Desa digunakan untuk membangun berbagai fasilitas publik yang bermanfaat untuk masyarakat desa.

Seperti drainase lingkungan, tembok penahan tanah, akses pelestarisasi jalan kampung, jalan produksi tani, hingga aspal hotmix.

Bahkan Wahidin Hidayat mengatakan setelah puluhan tahun jalanan hanya berupa tanah dan batu yang curam, berkat Dana Desa kini masyarakat Cupunagara merasakan Aspal hotmix di desa mereka.

"Aspal, Drainase saluran lingkungan ada juga ke TPT (Tembok Penahan Tanah), akses pelestarisasi jalan jalan lingkungan dan jalan produksi tani, setelah puluhan tahun kami akhirnya merasakan aspal di desa kami," tutur Wahidin Hidayat.

Jalan desa Cupunagara yang kini mulus berhasil menurunkan biaya logistik untuk mendistribusikan barang barang pertanian ke luar desa, ongkos kirim barang-barang pertanian turun setengahnya, sebelum jalan di aspal masyarakat harus membayar 1000 rupiah per kilogram barang kini hanya membayar 500 rupiah.