Find Us On Social Media :

Dana Desa Bantu Petani Kopi Cupunagara Jadi Sejahtera

By Lalu Hendri Bagus Setiawan, Selasa, 25 September 2018 | 10:13 WIB

"Jelas perubahan sangat signifikan terhadap perekonomian warga, disini mayoritas petani, jadi perbaikan jalan sangat berpengaruh lebih cepat diangkut ke pasar dan menurun cost transportasi karena jalan udah bagus, ongkos dari 1000 rupiah per kilogram, sekarang jadi 500 rupiah," ujar Kepala Desa Wahidin Hidayat.

Tak hanya disektor insfrastruktur, Dana Desa yang digelontorkan untuk Desa Cupunagara juga dimanfaatkan untuk memberdayakan perekonomian warga, Desa Cupunagara membangun Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes Mukti Raharja.

BUMDes Mukti Raharja mengelola dua unit usaha yaitu Kopi dan Air Galon Isi Ulang, Ketua BUMDes Mukti Raharja, Risma Wahyuni Hidayat menceritakan awal mula berdirinya badan usaha yang memberdayakan perekonomian masyarakat Cupunagara itu.

Risma bersama 5 orang pemuda Cupunagara bertugas mengelola BUMDes Mukti Raharja, unit usaha kopi dan air galon isi ulang disebutnya sebagai potensi yang ia lihat dapat dikembangkan di Cupunagara.

"BUMDes mengelola dua unit usaha yaitu kopi desa dan air galon isi ulang. BUMDes dikelola 5 orang pemuda Cupunegara, kita unit usahanya berdasarkan potensi lokal unit desa, kita jadikan salah satu unit usaha," ujar Risma Wahyuni Hidayat.

BUMDes Mukti Raharja tergolong sukses, meski baru seumur jagung, BUMDes Mukti Raharja yang didirikan pada November 2017 itu sudah dapat memberdayakan para petani kopi. . Risma mengatakan banyak potensi yang dimiliki oleh desanya namun masyarakat desa belum mengerti cara untuk mengelola potensi tersebut, sehingga peran BUMDes sangat penting.

"Potensi disini itu banyak tapi kebermanfaatanya itu belum dirasakan oleh masyarakat banyak jadi dibuatlah BUMDes," tuturnya.

Sebelumnya warga desa yang memiliki kebun kopi menjual hasil kebunnya kepada tengkulak dengan harga yang rendah, namun semenjak adanya BUMDes, hasil dari perkebunan kopi warga dibeli oleh BUMDes dengan harga yang lebih tinggi, kemudian BUMDes mengolah sedemikian rupa hingga dapat meningkatkan nilai jual, kopi yang sudah diolah itu kemudian diberi nama Kopi Canggah, nama itu diambil dari nama gunung tertinggi di Subang.

"Kenapa usahanya kopi dan air, karena disini air kita banyak, kalau kopi disini emang kita banyak pohon kopi sebelumnya hanya dijual gelondongan. nah kenapa gak kita olah aja. kita proses kopinya. sampai kita bisa punya brand kopi sendiri, namanya Kopi Canggah" ujar Risma.

Menurut Risma sejak berdirinya BUMDes yang memberdayakan para petani kopi, ia dan rekan rekannya gencar memberikan pelatihan kepada para petani, soal bisnis pun dibahas dalam pelatihan tersebut, warga yang dulunya bekerja serabutan kini sudah memiliki penghasilan tetap dengan menanam kopi.