Find Us On Social Media :

Pengakuan Korban Gempa Donggala: Kami Stres, Tak Bisa Makan dan Tidur

By Chandra Wulan, Rabu, 3 Oktober 2018 | 21:03 WIB

Warga masih trauma dengan gempa

Laporan Wartawan Grid.ID, Chandra Wulan

Grid.ID - Penanganan gempa Donggala dan tsunami Palu terus dilakukan.

Berbagai bantuan diterjunkan ke wilayah terdampak gempa dan tsunami.

Evakuasi korban juga terus dilakukan, salah satunya dengan menggunakan pesawat Hercules.

Dilansir dari Kompas TV, ratusan warga dari Kota Palu tiba di Pangkalan TNI Angkatan Udara Sam Ratulangi Manado, Rabu (3/10).

Mereka adalah korban bencana gempa Donggala dan tsunami Palu.

Rombongan ini tiba setelah menumpang pesawat Hercules C130.

Baca Juga : 5 Fakta Anthonius Gunawan Agung, Gugur Saat Gempa Donggala Demi Selamatkan Ratusan Nyawa

Mayoritas warga yang dievakuasi adalah perempuan dan anak-anak.

Saat tiba di Pangkalan TNI AU Sam Ratulangi, warga terlihat kelelahan akibat kurang istirahat dan belum mendapat asupan makanan yang cukup.

Salah satu warga mengaku stres, tak bisa makan dan tak bisa tidur.

"Kami tadi itu 20 orang, tapi hanya berlima sampai di sini.

Karena di sana semua orang berdesak-desakan.

Sedangkan kami tadi di bandara saja masih gempa.

Kami stress, kami tidak bisa tidur dan tidak bisa makan karena stress," ungkapnya.

Baca Juga : 4 Fakta Penemuan Jenazah Atlet Paralayang yang Jadi Korban Gempa Donggala, Datang untuk Mengikuti Festival

Meski bantuan telah diterjunkan, warga terdampak bencana masih banyak yang tak tersentuh.

Akibatnya, terjadi penjarahan di minimarket.

Tak hanya makanan, barang-barang elektronik pun jadi sasaran penjarahan.

SPBU juga tak luput dari sasaran penjarah.

Warga yang mengambil bensin rata-rata merasa perlu untuk melakukan itu sebab bensin bisa dijual untuk membeli kebutuhan pokok lainnya.

Tsunami di Palu gagal terdeteksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Baca Juga : Update Gempa Donggala: KOMINFO Informasikan 8 Berita Hoaks yang Beredar di Media Sosial

Sebab, ternyata alat deteksi tsunami bernama Buoy sudah tidak ada yang beroperasi.

Kabar terbaru dari Tribunnews.com menyebutkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati diminta mundur dari jabatannya akibat hal ini.

Anggota Komisi V DPR RI Anthon Sihombing yang meminta Dwikorita mundur.

Menurut Anthon, Dwikorita adalah orang yang paling bertanggung jawab atas banyaknya jumlah korban gempa dan tsunami di Sulteng.

(*)