Find Us On Social Media :

Tragedi Bintaro 1987, Berawal dari Salah Paham Hingga Jadi Sejarah Kelam Kereta Api Indonesia

By Chandra Wulan, Jumat, 19 Oktober 2018 | 14:31 WIB

Kondisi dalam gerbong kereta api yang bertabrakan. Peristiwa ini kemudian disebut Tragedi Bintaro.

KA 220 dan KA 225 berada di jalur yang saling berkebalikan.

Kondisi ini memaksa juru langsir di Sudimara untuk segera memindahkan lokomotif KA 225 menuju jalur tiga.

Namun karena jalur kereta sangat ramai, masinis tak dapat melihat semboyan dari juru langsir.

KA 225 yang seharusnya pindah rel tiba-tiba berangkat.

Baca Juga : Beredar Video Kereta Api Melintas di Tengah Pelaksanaan Salat Idul Adha, Jamaah Tetap Tenang dan Khusyuk

Semboyan 35 pun dilakukan.

Semboyan 35 adalah semboyan suara yang dilakukan dengan cara masinis membunyikan suling (terompet/klakson) lokomotif secara panjang untuk menjawab kepada kondektur kereta api dan PPKA bahwa kereta api sudah siap untuk diberangkatkan.

Upaya juru langsir dan PPKA untuk menghentikan laju KA 225 sia-sia.

Kereta Api dengan tujuh gerbong itu akhirnya bertemu muka dengan KA 220 di Desa Pondok Betung.

Kereta bertabrakan pukul 06.45 WIB.

KA 225 tengah melaju dengan kecepatan 30 kilometer per jam.

Baca Juga : Viral, Pengantin Gelar Pesta Pernikahan di Tengah Rel Kereta Api, PT KAI Beri Tanggapan

Sementara KA 220 melaju dengan kecepatan 25 kilometer per jam.

Badan kereta pun ringsek.

Beberapa petugas stasiun dan masinis kereta diperiksa dan dijatuhi hukuman atas kelalaiannya.

(*)