Find Us On Social Media :

Tragedi Bintaro 1987, Berawal dari Salah Paham Hingga Jadi Sejarah Kelam Kereta Api Indonesia

By Chandra Wulan, Jumat, 19 Oktober 2018 | 14:31 WIB

Kondisi dalam gerbong kereta api yang bertabrakan. Peristiwa ini kemudian disebut Tragedi Bintaro.

Laporan Wartawan Grid.ID, Chandra Wulan

Grid.ID - Masih ingat dengan tragedi Bintaro 1987?

Peristiwa tragedi Bintaro adalah momen terburuk dalam sejarah perkeretaapian di Indonesia.

Lebih dari 156 orang tewas dalam tragedi Bintaro, dilansir dari Kompas.com.

Peristiwa itu terjadi tepat pada 19 Oktober 1987, 31 tahun yang lalu.

Kereta Api (KA) 225 Merak bertabrakan dengan Kereta Api (KA) 220 Rangkas di Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.

Keduanya bertabrakan dalam posisi menghadap satu sama lain.

Baca Juga : Viral di Twitter, Pelecehan Seksual Terjadi di Kereta Api Prameks, Korban Dikabarkan Pakai Busana Tertutup

Dalam dunia transportasi, kecelakaan semacam ini lazim disebut "adu banteng".

Dokumentasi Harian Kompas mencatat lebih dari 156 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Kelalaian petugas disebut-sebut sebagai penyebab terjadinya kecelakaan maut ini.

Perjalanan kereta api tak hanya ditentukan oleh masinis.

Beberapa pihak ikut andil menentukan apakah sebuah kereta bisa berangkat atau tidak.

Ketika kereta melintasi antar-stasiun, hak penuh ada di tangan Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) yang memakai pet merah.

Baca Juga : Dua Minggu Menikah, Kimberly Ryder Diajak Suami Naik Kereta Api

Sementara di dalam stasiun, ada juru langsir yang mengatur rambu kereta.

Itulah para petugas yang memiliki kewenangan di luar lokomotif.

PPKA tidak dapat memberangkatkan kereta semaunya sendiri.

Ia harus berkoordinasi dengan dua hingga tiga stasiun berikutnya dan memastikan jalur yang akan dilewati aman atau tidak.

Tragedi Bintaro berawal dari kesalahpahaman Kepala Stasiun Serpong yang memberangkatkan KA 225 dengan tujuan Jakarta Kota.

KA 225 pun berangkat ke Sudimara tanpa mengecek kondisi di stasiun.

Baca Juga : Pengalaman Pertama Dian Ayu Ajak Anak-anaknya Naik Kereta Api

Akibatnya, tiga jalur kereta yang berada di Stasiun Sudimara penuh karena kedatangan KA 225.

Sebaliknya, KA 220 juga diberangkatkan dari Stasiun Kebayoran menuju Sudimara.

KA 220 dan KA 225 berada di jalur yang saling berkebalikan.

Kondisi ini memaksa juru langsir di Sudimara untuk segera memindahkan lokomotif KA 225 menuju jalur tiga.

Namun karena jalur kereta sangat ramai, masinis tak dapat melihat semboyan dari juru langsir.

KA 225 yang seharusnya pindah rel tiba-tiba berangkat.

Baca Juga : Beredar Video Kereta Api Melintas di Tengah Pelaksanaan Salat Idul Adha, Jamaah Tetap Tenang dan Khusyuk

Semboyan 35 pun dilakukan.

Semboyan 35 adalah semboyan suara yang dilakukan dengan cara masinis membunyikan suling (terompet/klakson) lokomotif secara panjang untuk menjawab kepada kondektur kereta api dan PPKA bahwa kereta api sudah siap untuk diberangkatkan.

Upaya juru langsir dan PPKA untuk menghentikan laju KA 225 sia-sia.

Kereta Api dengan tujuh gerbong itu akhirnya bertemu muka dengan KA 220 di Desa Pondok Betung.

Kereta bertabrakan pukul 06.45 WIB.

KA 225 tengah melaju dengan kecepatan 30 kilometer per jam.

Baca Juga : Viral, Pengantin Gelar Pesta Pernikahan di Tengah Rel Kereta Api, PT KAI Beri Tanggapan

Sementara KA 220 melaju dengan kecepatan 25 kilometer per jam.

Badan kereta pun ringsek.

Beberapa petugas stasiun dan masinis kereta diperiksa dan dijatuhi hukuman atas kelalaiannya.

(*)