Parapuan.co - Kawan Puan, apakah kamu masih ingat dengan isu babi ngepet yang sempat heboh di sosial media beberapa hari lalu?
Isu ini viral lantaran ada sebuah video tersebar luas di internet yang memperlihatkan seorang ibu menuduh tetangganya sebagai pelaku babi ngepet .
Ibu itu yakin sang tetangga merupakan babi ngepet karena memiliki banyak uang dan kaya padahal hanya di rumah saja dan tidak pergi bekerja.
Baca Juga: Salut! Ini 8 Jenis Profesi yang Hampir Tak Mengenal Hari Libur
Nah setelah ditelusuri oleh pihak kepolisian, tuduhan babi ngepet ini salah dan merupakan rekayasa oknum-oknum tidak bertanggung jawab nih Kawan Puan.
Nah, alasan ibu ini yang menuduh tetangganya yang hanya tinggal di rumah tetapi kaya memang bisa kita maklumi ya Kawan Puan.
Karena memang untuk orang zaman dulu, bekerja ya berarti pergi keluar rumah, pakai seragam, lalu pulang sore.
Namun, saat ini sudah beda ceritanya.
Baca Juga: Mau Bergabung ke Startup? Pastikan Kamu Tanyakan Hal-Hal Penting Ini!
Warga tersebut bisa saja bekerja dari rumah sehingga tetap mendapatkan penghasilan.
Nah karena kasus babi ngepet yang sempat viral tadi, konsep gig economy menjadi hal hangat yang diperbincangkan.
Apa gig economy itu, lalu apa hubungannya dengan kasus tuduhan babi ngepet tadi?
Gig economy merupakan sebuah konsep kerja yang menawarkan fleksibilitas untuk pekerjanya.
Fleksibilitas yang dimaksud di sini adalah pekerja bisa bekerja dari mana saja termasuk di rumah rumah.
Nah hal inilah yang menjadi perhatian masyarakat, dengan adanya gig economy ini, orang yang terlihat hanya berdiam diri di dalam rumah belum tentu merupakan seorang pengangguran.
Baca Juga: Kesalahan Umum Para Fresh Graduate Dalam Mengelola Keuangannya
Seperti tuduhan yang dilontarkan oleh ibu tadi kepada tetangganya yang hanya berdiam di rumah, Kawan Puan.
Melansir dari Kompas, konsep gig economy ini sendiri muncul dari kata gig yang kerap kali dipakai dalam industri hiburan dan kesenian.
Pada umumnya, kata ini mengacu pada sistem kerja para seniman yang dibayar berdasarkan jumlah pekerjaan yang diselesaikan.
Nah, dalam prinsip gig economy ini, seseorang dibayar berdasarkan proyek yang berhasil mereka kerjakan.
Hal ini jauh berbeda dengan cara kerja generasi jaman dulu, yang mendapatkan gaji bulanan secara rutin dan besarannya tetap.
Baca Juga: 6 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Membuka Bisnis Franchise
Adapun contoh berbagai profesi dalam gig economy ini adalah pekerja paruh waktu atau freelancer, pekerja berbasis proyek, kontraktor independen, dan masih banyak lagi.
Kenapa gig economy ini mulai banyak diminati baik oleh perusahaan maupun pekerjanya?
Nah, melansir dari Investopedia, berikut kelebihan gig economy!
Lebih banyak pilihan individu untuk dipekerjakan
Dari sudut pandang perusahaan, gig economy memungkinkan mereka mempekerjakan karyawan sesuai dengan kemampuannya tanpa terbatas wilayah tempat tinggalnya.
Hal inilah yang memungkinkan seseorang bekerja untuk perusahaan di Jepang, meski tinggalnya di Indonesia.
Dengan konsep gig economy, pekerja tidak perlu repot-repot pergi ke kantornya dan bisa bekerja dari rumah saja.
Baca Juga: Penting, Ini 6 Interpersonal Skill yang Akan Membuatmu Sukses di Tempat Kerja
Hemat biaya operasional
Perusahaan juga tidak perlu menyediakan fasilitas kantor karena memang pekerja yang dikontrak bekerja dari rumahnya.
Dengan adanya kemajuan teknologi sekarang ini, para pekerja kontrak atau freelancer tersebut bisa bekerja secara efisien bahkan tanpa harus hadir di kantor.
Selain itu, pengeluaran perusahaan juga akan jauh lebih hemat karena tidak perlu membayar freelancer atau pekerja paruh waktu sebesar membayar karyawan tetap.
Baca Juga: Bagaimana Budaya Kerja Setelah Pandemi Covid-19 Usai? Ini Prediksinya
Pekerja bisa mengambil beberapa pekerjaan sekaligus
Sedangkan dari sudut pandang pekerja gig economy sendiri, mereka memilih menjadi freelancer atau pekerja paruh waktu karena bisa mengambil beberapa pekerjaan sekaligus.
Mereka tidak terpaku pada satu perusahaan dan bisa bekerja sama dengan beberapa klien sekaligus serta mendapat penghasilan yang lebih banyak dalam satu waktu.
Contoh sederhananya adalah seorang freelancer translator yang dibayar tiap kali ia berhasil menyelesaikan proyeknya.
Besaran upah yang diterima juga berbeda-beda antar satu proyek ke proyek lainnya.
Sebagai seorang freelancer translator, mereka bisa melakukan pekerjaannya dimanapun, termasuk di rumah, yang terpenting adalah hasil kerjanya.
Mereka juga bisa mengambil beberapa proyek sekaligus dengan klien yang berbeda-beda.
Sehingga bukan tidak mungkin nih, kalau ada orang bisa tetap dapat uang, bahkan kaya raya meski hanya tinggal di rumah saja!
(*)
Source | : | Kompas.com,investopedia.com |
Penulis | : | Vregina Voneria Palis |
Editor | : | Dinia Adrianjara |
KOMENTAR