Parapuan.co - Tak dapat dimungkiri, Mellisa Anggiarti tentu mengalami banyak tantangan semenjak memutuskan untuk berkarier menjadi pilot.
Salah satunya ialah karena ia berkarier di bidang kerja yang didominasi kaum laki-laki.
Walau mengalami berbagai tantangan, Melissa membuktikan bahwa perempuan memiliki kemerdekaan untuk menentukan profesi dan pekerjaan di bidang apapun.
Mellisa Anggiarti mengaku bahwa tantangan yang dialaminya tidak terjadi lagi ketika ia sudah terkualifikasi menjadi pilot.
Pengakuan tentang hal tersebut disampaikan Mellisa saat diwawancara PARAPUAN belum lama ini.
Baca Juga: Berduel dengan Dewa Kipas, Ini Profil Pecatur Grand Master Putri Indonesia Irene Kharisma Sukandar
Dirinya menjelaskan, tidak mudah menjadi seorang pilot lantaran jumlah perempuan jauh lebih sedikit dibandingkan laki-laki.
Diakui pula oleh Mellisa, ketimpangan gender beberapa kali terjadi di dunia penerbangan walau tidak secara langsung diterimanya.
Tantangan terkait ketimpangan gender yang diingat hingga kini, ialah sewaktu dirinya masih menjalani pendidikan.
Mellisa menuturkan, seorang instruktur pernah menyinggung soal gendernya saat ia sedang dalam kondisi kurang prima.
Hal itu terjadi saat ia melakukan kesalahan di kelas, sehingga diperlakukan berbeda dari rekan-rekan lainnya yang laki-laki.
"Aku, misalnya kemampuanku lagi paling jelek hari itu. Ada aja, deh, pokoknya kesalahan yang aku buat," ungkap ibu satu anak ini.
"Instructor-ku, tuh, bisa kayak ngomong, 'Kamu sih dandan melulu'. Terus aku ngelihat temenku melakukan kesalahan enggak dapet perlakuan kayak gitu," imbuhnya.
Perempuan lulusan Filsafat Universitas Indonesia ini juga menambahkan, hari itu bukan hanya Mellisa yang melakukan kesalahan.
Baca Juga: Masuk Miss Grand Internasional, Ini Profil Lengkap Aurra Kharisma
"Dandan itu identik dengan perempuan, terus dia menyerang hal itu. Padahal kan enggak bener. Yang lain ada juga yang terbangnya jelek hari itu," ucap Mellisa.
Begitu berhasil lulus sertifikasi dan mendapat izin terbang, Mellisa mengaku tidak lagi mengalami diskriminasi seperti sebelumnya.
Kini, dunia penerbangan Indonesia sudah profesional dan menilai seseorang dari kemampuannya, bukan jenis kelaminnya.
Baik rekan maupun seniornya, semua memperlakukan pilot perempuan setara dengan laki-laki.
"Temenku seangkatan itu mereka udah melek soal isu gender. Jadi kalau ada apa-apa, ini bukan masalah gendernya tapi kemampuannya," kata Mellisa.
"Dulu pas sekolah mungkin belum terlalu banyak tahu, jadi gampang meledek. Kalau sekarang enggak ada," tambahnya.
Sekalipun ada yang menyinggung soal gender, Mellisa bilang itu hanya dilakukan sembari bercanda antar sesama pilot.
"Kalau pas udah jadi pilot enggak, sih. Paling bercandaan doang, misalnya pernah aku males nyuci pesawat itu temenku komen," celetuk Mellisa.
"Paling cuma bilang, 'Ah kamu giliran nyuci pesawat aja nggak mau setara'. Abis itu ya sudah, tahu kalau itu bercanda doang," ujarnya lagi.
Baca Juga: Mengenal Laninka Siamiyono, Sosok Inspiratif di Balik Lipstick untuk Difabel
Begitulah kisah Mellisa Anggiarti sang pilot perempuan Pesawat Garuda Indonesia yang merasakan sendiri kemerdekaan perempuan dalam menentukan profesi.
Mudah-mudahan cerita tersebut menjadi motivasi bagimu untuk tidak takut menghadapi tantangan, ya. (*)
Source | : | Wawancara |
Penulis | : | Arintha Widya |
Editor | : | Aghnia Hilya Nizarisda |
KOMENTAR