Parapuan.co - Sebagai seorang pekerja, sedikit dari kita yang mungkin berusaha menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam satu waktu.
Hal ini bisa juga disebut sebagai kegiatan multitasking.
Kawan Puan pasti sudah tak asing lagi dengan kata multitasking ya.
Multitasking, aktivitas menyelesaikan lebih dari satu pekerjaan dalam satu waktu, sering kali dianggap sebagai hal yang positif di kalangan karyawan.
Padahal, menurut riset di Harvard Business Review, multitasking bisa mengurangi produktivitas hingga 40 persen.
Pasalnya memang, ketika karyawan mencoba multitasking, mereka membutuhkan waktu untuk berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
Tak hanya itu saja, multitasking juga berdampak negatif terhadap kinerja karyawan.
Apa saja dampak dari kebiasaan multitasking? Untuk mengetahui lebih lanjut, simak penjelasannya berikut ini, yuk!
Baca Juga: Ini 5 Tips Menghentikan Kebiasaan Multitasking yang Ternyata Tak Baik
1. Fungsi memori
Melansir Indeed, multitasking juga bisa memengaruhi kemampuan otak untuk menerima informasi.
Salah satu pengaruh dari multitasking adalah overstimulasi fungsi otak.
Saat otak harus memperoleh terlalu banyak informasi, ia akan sulit membedakan mana yang penting dan kurang penting.
Lebih lanjut, multitasking bisa menghilangkan batasan antara pekerjaan yang mendesak atau prioritas dan yang tidak.
2. Menghambat kreativitas
Orang yang memiliki kebiasaan multitasking ternyata juga sering kali memiliki keterbatasan untuk memikirkan ide-ide baru.
Dalam studi di Harvard Business Review juga ditunjukkan bahwa karyawan yang sering multitasking menunjukkan kemampuan kreatif yang lebih rendah daripada mereka yang fokus pada satu aktivitas.
Kawan Puan, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya kebiasaan multitasking bukanlah hal yang perlu kamu banggakan.
Sebab, menyelesaikan pekerjaan satu per satu ternyata terbukti lebih produktif dan maksimal hasilnya daripada mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus.
Baca Juga: Ini Sederet Bantuan Pemerintah yang Masih Diberikan di Tahun 2022
3. Kebingungan
Dikutip dari Chron, karyawan yang pindah dari satu tugas ke tugas lainnya tanpa menyelesaikannya akan rentan merasa kebingungan mencapai tujuan dari masing-masing pekerjaannya.
Ketika konsentrasi kita terus-terusan terganggu karena multitasking, misalnya karena adanya panggilan telepon dan pesan email yang masuk saat sedang bekerja, karyawan akan merasa bingung.
Apabila karyawan merasa konsentrasinya terganggu dan merasa kebingungan, maka ia tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan maksimal serta tepat waktu.
Ini tak hanya memengaruhi manajemen perusahaan dan rekan kerja sekitar saja, tetapi juga dampak pada perusahaan secara keseluruhan.
4. Stres dan burnout
Mengharuskan karyawan untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus dalam waktu bersamaan dapat menyebabkan karyawan mudah merasa cemas dan stres.
Sebab, ketika ia mendapatkan perintah demikian dari atasannya, maka konsentrasinya akan terpecah dan karyawan tak lagi fokus pada pekerjaannya.
Akibatnya, karyawan rentan merasa stres dan tidak bisa menyelesaikan pekerjaan yang justru penting, sehingga akan berdampak pula pada perusahaan, misalnya, karena konsumen yang tidak puas.
Dalam hal ini, apabila banyak karyawan yang merasa stres dan burnout karena terbiasa melakukan multitasking, tingkat turnover perusahaan pun berisiko meningkat.
Baca Juga: Bidang Keuangan hingga Filantropi, Ini 10 Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang 2021
5. Ulasan kinerja buruk
Saat karyawan tidak berhasil mencapai target dengan menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, ia akan memiliki tinjauan atau ulasan kinerja yang buruk.
Jika karyawan tidak berkontribusi untuk mencapai tujuan tertentu karena banyaknya distraksi, maka ia akan sulit mendapatkan ulasan kinerja yang baik dan memuaskan.
Untuk mengatasinya, atasan bisa memberikan pelatihan untuk karyawan terkait bagaimana cara mengatasi banyak tanggung jawab di kantor agar ia tetap bisa memenuhi standar kinerjanya.
(*)
Penulis | : | Ardela Nabila |
Editor | : | Maharani Kusuma Daruwati |
KOMENTAR