Parapuan.co - Berita kekerasan seksual pada anak dan perempuan semakin banyak setiap harinya.
Hal tersebut tentu memprihatinkan sehingga kasus kekerasan pada anak perlu mendapat perhatian dan penanganan khusus.
Agar anak terhindar dari predator seksual, sebagai orang tua kita perlu memberikan wawasan yang tepat terkait kekerasan seksual.
Maksudnya, orang tua memberikan edukasi dan perlindungan diri terhadap anak jika ciri-ciri kekerasan mulai terjadi.
Anak terkadang susah untuk mengatakan tidak, seperti yang dikatakan Psikolog Klinis Dra Astrid Regina Sapiee,
Terlebih lagi, biasanya korban kekerasan pada perempuan dan anak takut melaporkan apa yang mereka alami.
"Satu hal yang musti dipahami, kalau seseorang bisa berkata tidak, berarti dia percaya dengan dirinya sendiri. Dia juga percaya apa yang dia sampaikan berdampak," ungkap Astrid, pada kanal YouTube Sonora FM dikutip melalui Tribunnews, Selasa (4/1/2022).
Artinya, si anak tidak berada dalam posisi ketakutan, sungkan, malu dan tidak berani.
Dalam salah satu upaya pencegahan kejahatan seksual pada anak, orang tua dapat mengajarkan mereka untuk mengungkapkan apa yang dialami atau dirasakan.
Baca Juga: Ada 7 Kalimat yang Orang Tua Sebaiknya Hindari, Bikin Anak Minder
Parenting dan pola asuh diharapkan menjadi salah satu cara pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak.
"Ini membutuhkan parenting tepat agar anak berani ngomong. Apalagi berani bilang tidak. Butuh pelatihan dari orangtua, dan pengasuh terdekat untuk membuat anak berani bersikap," kata Astrid.
Salah satu cara yang bisa dilakukan orang tua ialah mulai mengajarkan anak untuk bisa memilih.
Hal tersebut bisa dimulai dari sarapan pagi. Coba sediakan roti dan nasi goreng.
Selanjutnya, tanyakan anak mau apa. Jika anak memilih nasi goreng, maka kita sebagai orang tua harus menghargai dengan membuatkan nasi goreng tersebut.
"Menghargai pendapat anak diperlukan untuk membangun anak berani bersikap dan menyatakan apa yang dipikir dan dirasakan. Ada yang berani membela diri sendiri untuk berkata tidak," tegasnya.
Pada kasus kekerasan seksual, orangtua bisa mengajarkan perihal penghargaan seseorang kepada diri sendiri.
Misalnya dengan mengajarkan pada anak bahwa apa yang tertutupi oleh baju dan semua bagian tubuh tidak boleh disentuh oleh siapa pun.
Dengan mengetahui bagian tubuhnya yang tak boleh disentuh siapa pun, diharapkan dapat mencegah terjadinya kejahatan seksual pada anak.
Baca Juga: Bikin Bahagia, Ini 7 Waktu Terbaik Orang Tua Perlu Memberi Pelukan untuk Anak
"Kalau terapan di anak-anak, sederhana diajarkan begini. Sesuatu yang berada di dalam baju, semua bagian dari tubuhmu yang ada di dalam, itu tidak boleh dipegang-pegang oleh siapa pun," papar Astrid.
Ajarkan anak jika baju yang dikenakan tidak boleh dibuka siapa pun.
Kecuali dari orang yang benar-benar mengasuh si anak seperti ibu dan pengasuhnya.
Ditambah dengan dokter dan tenaga medis yang akan memeriksa si anak.
Maka selain orang-orang tadi, tidak ada yang boleh membuka baju anak. Saat membuka baju anak untuk memandikan, usahakan tetap menanyakan persetujuannya seperti "Ibu, buka ya bajunya."
"Apalagi memegang bagian tubuhmu yang ada di belakang baju itu. Itu adalah pemahaman pertama bagaimana seorang anak mengajarkan menghargai seksualitas itu. Mau perempuan dan laki-laki, dia punya privasi yang harus dilindungi," tambah Astrid.
Jika sampai ada orang yang tidak berwenang membuka baju atau menyentuh bagian tubuh, ajarkan anak untuk lari atau teriak.
"Atau kalau bisa boleh pukul, tolak. Ini yang disampaikan. Anak pelan-pelan. Diulang-ulang berkali-kali, pelan-pelan nempel," pungkasnya.
Melalui cara tersebut, diharapkan dapat melindungi dan mencegah terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak yang dimulai dari edukasi dalam keluarga.
(*)
Baca Juga: Bagus untuk Motorik dan Sensorik Anak, Ini 5 Manfaat Bermain Air
Penulis | : | Putri Mayla |
Editor | : | Kinanti Nuke Mahardini |
KOMENTAR