Laporan Reporter Grid.ID, Irene Cynthia Hadi
Grid.ID - Oktober 2001. Tepat 18 tahun yang lalu, Cindy Song berangkat ke sebuah pesta Halloween.
Ya. Layaknya remaja dan anak muda lainnya, Cindy Song ikut merayakan festival Halloween di Amerika Serikat.
Namun tak seperti biasanya. Cindy yang dikenal tak suka keluar di hari-hari kuliahnya, kali ini menyempatkan diri untuk pergi ke pesta Halloween.
Seperti para warga dan imigran AS, gadis asal Korea Selatan itu mengenakan kostum.
Mahasiswi Penn State University, Pennsylvania tersebut memilih kostum kelinci pink yang lucu.
Kostum tersebut dilengkapi dengan telinga besar, atasan berwarna pink muda dan juga rok putih dan ekor kelinci.
Bersama kedua temannya, Cindy pun bersiap-siap.
Gadis yang sudah hijrah ke AS sejak usia 15 tahun itu berangkat ke sebuah klub malam bernama Players Nite Club.
Klub itu tak asing lagi di antara para mahasiswa.
Jaraknya pun cukup dekat sehingga ramai dikunjungi mahasiswa setempat.
Bersama kedua sahabatnya, gadis bernama lengkap Hyun Jong Song itu mengikuti pesta Halloween.
Waktu pun berlalu dengan cepat. Tak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.
Ketiganya berhenti minum dan berdansa lalu beranjak pulang.
Dikutip dari news.com.au, Cindy rupanya tak langsung pulang dan tidur di apartemennya.
Ia dan kedua sahabatnya menikmati quality time bersama sembari bermain video games di sebuah rumah.
Tepat 2 jam kemudian, Cindy diantar pulang kembali ke kompleks apartemennya di State College Park Apartments.
Mereka tak menyangka bahwa itulah saat-saat terakhir kedua sahabat Cindy melihat mahasiswi Korsel itu.
Sayangnya, keduanya baru menyadari bahwa Cindy menghilang 3 hari setelah malam mencekam Halloween, yakni pada 4 November 2001.
Mengapa demikian? Usut punya usut, Cindy Song adalah gadis super sibuk yang rajin dan juga punya 2 pekerjaan sampingan.
Teman-teman Cindy rupanya sudah terbiasa tidak bertemu dengannya selama beberapa waktu saat Cindy bekerja dan kuliah.
Ketika mereka menyadari Cindy tidak masuk kerja, mereka pun mulai waswas dan menelepon polisi.
Polisi menelusuri apartemen Cindy, tapi tak ada bekas pintu dirusak paksa dari luar.
Meskipun begitu, ada beberapa bukti bahwa Cindy sempat masuk ke apartemennya sebelum menghilang.
Pertama yakni bulu mata palsu yang dikenakannya pada malam Halloween dan ditemukan di kamar mandi.
Kedua, HP Cindy diletakkan begitu saja di apartemennya. Namun kunci, dompet dan kartu kredit menghilang.
HP Cindy pun tak mencatat adanya panggilan masuk atau keluar sejak ditinggalkan pada malam Halloween nahas tersebut.
Berdasarkan hasil investigasi, polisi menyimpulkan bahwa ada beberapa skenario menghilangnya sang mahasiswi.
Cindy diduga pergi ke minimarket 24 jam usai diantarkan pulang namun ia melakukan sebuah kesalahan fatal yakni lupa membawa HP.
Ada pula yang menebak dari buku harian sang mahasiswi bahwa Cindy putus cinta sehingga stres dan bunuh diri.
Mendengar hasil penyelidikan itu, teman-teman Cindy pun membantah.
Cindy disebut sudah menjalani terapi dan ia bukan tipe orang yang akan kabur ketika stres.
Kabur atau ditangkap pembunuh berantai?
Spekulasi terus berkembang, penyelidikan terus berjalan.
Bahkan sempat ada saksi yang menyebut melihat gadis dengan ciri-ciri seperti Cindy muncul di distrik Pecinan Philadelphia.
Namun keterangan saksi berubah-ubah sehingga tidak bisa dipercaya.
Satu hal yang mencurigakan ialah, jika memang Cindy ingin kabur, lalu mengapa ia masih membeli tiket konser Britney Spears dan ada nota pembelian komputer yang baru akan datang di bulan November?
Baca Juga: Pasca Kebakaran Hutan Amazon, Beginilah Keadaan Mencekam Kota Sao Paulo yang Diselimuti Awan Gelap
Titik terang mulai muncul pada tahun 2003 ketika seorang informan polisi menyebutkan bahwa pembunuh berantai, Hugo Selenski membunuh Cindy.
Hugo dituduh membunuh sang mahasiswi dengan bantuan seorang apoteker bernama Michael Kerkowski.
Keduanya diklaim melihat Cindy pulang dalam kostumnya dan mengiranya sebagai PSK lalu menculik Cindy.
Cindy diduga disekap dan dibiarkan mati di rumah Selenski di mana ada 12 tubuh yang ditemukan di lahan belakang kediaman tersebut.
Sebuah plot yang sempurna namun semua terbantahkan tatkala polisi tak menemukan tubuh Cindy di antara kedua belas korban.
Polisi menemui jalan buntu.
Pun keluarga Cindy yang sudah berjuang mencari keadilan dan sengaja terbang jauh-jauh dari Seoul, Korea Selatan tak berhasil mengungkap apapun.
Tak ada yang mengetahui, kemana Cindy pergi usai malam Halloween itu.
Tak ada bukti, tak ada jenazah, tak ada saksi mata dan tak ada tersangka.
18 tahun telah berlalu, namun Cindy tetap tak pernah pulang.
Ia 'hilang' dan 21 binder berkas berisi informasi kepergiannya kini tergeletak begitu saja berselimutkan debu....
(*)
Source | : | News.com.au |
Penulis | : | Irene Cynthia Hadi |
Editor | : | Irene Cynthia Hadi |