"Ada terlalu banyak jenis mutasi untuk bisa melacak keluarga covid-19 secara rapi.”
Baca Juga: Hampir Sebulan Isolasi di Rumah, Sudah Saatnya Asah Skill Baru Nih!
“Kami menggunakan algoritma matematika untuk memvisualisasikan semua silsilah atau urutan keturunan virus," kata ahli genetika dari University of Cambridge, Dr Peter Forster.
Sebelumnya, teknik ini banyak digunakan untuk memetakan pergerakan populasi manusia zaman prasejarah melalui DNA-nya.
Kali ini merupakan pertama kalinya teknik yang sama digunakan untuk melacak alur infeksi sebuah virus.
Para ilmuwan meyakini virus yang secara resmi disebut SARS-CoV-2 ini terus bermutasi untuk mengatasi resistensi sistem kekebalan pada populasi yang berbeda.
Baca Juga: Ternyata Begini Cara Menyimpan Roti Tawar Agar Tahan Lama
Beberapa infeksi yang terjadi di suatu negara dapat terlacak kapan dan dari mana asalnya.
Misalnya virus pertama kali masuk ke Italia berasal dari infeksi yang terjadi di Jerman, ini terdokumentasi pada 27 Januari 2020.
Selain dari Jerman, virus di Italia juga sangat berkaitan erat dengan kluster Singapura.
Metode yang digunakan ini, analisis jaringan filogenetik, diklaim dapat membantu mengidentifikasi sumber-sumber infeksi yang tidak terdata, juga dapat membantu memprediksi episentrum persebaran secara global jika terjadi wabah yang sama di masa depan.
Baca Juga: 5 Tips Simpel Anti Pegal Selama WFH, Yuk Jaga Tubuh Biar Tetap Segar!
Dikutip dari dailymail, para peneliti mengatakan penelitian itu terlalu kecil untuk menarik kesimpulan tegas.
Meskipun karya akademis yang diterbitkan dan telah diteliti oleh sesama ilmuwan itu hanya melacak sampel dari 160 pasien di seluruh dunia, termasuk banyak kasus pertama di Eropa dan AS.
Tim peneliti saat ini telah memperbarui analisis mereka untuk memasukkan lebih dari 1.000 kasus Covid-19 hingga akhir Maret untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait penyebaran varian virus corona tersebut.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Okki Margaretha |