Akibat badai El Nino juga merusak lahan pertanian dan infrastruktur kekasiaran Chimu didaerah pesisir Huanchaquito.
Maka pihak kekaisaran Chimu kemudian menyebut badai El Nino sebagai kutukan dewa.
Maka mereka melakukan Sacrifice berupa pengorbanan anak dan Llama sebagai persembahan kepada dewa agar kutukan badai El Nino segera dihilangkan.
"Orang-orang mengorbankan apa yang paling berharga bagi mereka," ia menjelaskan. "Mereka mungkin telah melihat bahwa (pengorbanan orang dewasa) tidak efektif. Badai terus datang. Mungkin ada kebutuhan akan korban jenis baru (anak-anak)" kata Haagen Klaus, seorang profesor antropologi di George Mason University.
Kenapa para arkeolog mempunyai hipotesis seperti itu?
Hal tersebut didasari atas temuan lapisan lumpur hasil dari badai dan banji di garis pantai Huanchaquito yang serupa dengan hasil badai El Nino zaman sekarang.
Adapula hipotesa lain mengenai ritual mengerikan ini.
Yakni tentang persembahan kepada dewa-dewa agar kekaisaran Chimu diberi kekuatan supranatural untuk meladeni musuh-musuh yang hendak menyerang.
Namun jika ritual itu memang untuk mendapatkan kekuatan supranatural maka tampaknya anggapan tersebut salah lantaran beberapa tahun setelah ritual persembahan selesai dilaksanakan, kekaisaran Chimu runtuh pada tahun 1475 setelah diserang pasukan Inca.
Meskipun para arkeolog masih sukar bocah lelaki ataukah perempuan yang dipersembahkan dalam ritual namun ada fakta menarik bahwa yang dikorbankan bukan hanya dari suku kekaisaran Chimu tapi juga dari anak-anak etnis lain.(Seto Aji/Grid)
Source | : | The Telegraph,national geographic |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |