Grid.ID - Para arkeolog dibuat tercengang dengan apa yang mereka temukan baru-baru ini.
Penemuan situs itu berada di Peru tepatnya di Huanchaquito-Las Llamas, Trujillo.
Para arkeolog penemu situs tersebut dari interdisipliner internasional Universidad Nacional de Trujillo dan Tulane University.
Para arkeolog begita tercengang dengan penemuan mereka kali ini.
Liaoning, Ambisi China Memiliki Kapal Induk Sampai Berbohong Untuk Membuat Kasino Terapung
Jika insiden pengorbanan manusia untuk ritual bangsa Aztec, Maya dan Inca hanya beberapa orang saja maka lain dengan situs Huanchaquito-Las Llamas ini.
Di situs ini 140 orang anak langsung dikorbankan untuk persembahan ritual secara massal.
Bukan hanya itu ada pula sebagian anak yang dibunuh secara bersamaan bersama Llama (semacam unta khas Amerika selatan) dan dikubur jadi satu.
Arkeolog mengklaim ini adalah acara ritual persembahan terbesar dalam sejarah manusia.
Awalnya pada tahun 2011, para arkeolog hendak menggali sebuah situs sebuah kuil di Huanchaquito-Las Llamas.
Namun mereka malah menemukan tulang belulang 42 bocah dan 76 Llama.
Penggalian terus dilanjutkan hingga pada tahun 2016 lalu terkumpul tulang belulang sejumlah 140 orang bocah.
Umur tulang belulang itu diyakini sudah berada di kisaran 618 tahun.
Yang berarti persembahan ini dilakukan sekitar tahun 1400-an keatas.
Lantas kenapa bisa ada persembahan masaal ini dan apa alasannya?
Para arkeolog mempunyai hipotesis untuk pertanyaan itu.
Sebelum tahun 1475, daerah Huanchaquito dibawah kendali kekaisaran Chimu yang mempunyai kekuasaan 600 mil di sepanjang pantai pasifik Huanchaco (Peru saat itu).
Namun seperti kebanyakan pemikiran primitif orang-orang zaman dahulu yang akan selalu mengkait-kaitkan kejadian dengan hal klenik.
Saat itu wilayah Huanchaquito-Las Llamas dihantam badai El Nino.
Akibat meningkatnya suhu lautan akibat El Nino maka menganggu ekosistem bawah laut dan menyebabkan tangkapan para nelayan saat itu menurun drastis.
Akibat badai El Nino juga merusak lahan pertanian dan infrastruktur kekasiaran Chimu didaerah pesisir Huanchaquito.
Maka pihak kekaisaran Chimu kemudian menyebut badai El Nino sebagai kutukan dewa.
Maka mereka melakukan Sacrifice berupa pengorbanan anak dan Llama sebagai persembahan kepada dewa agar kutukan badai El Nino segera dihilangkan.
"Orang-orang mengorbankan apa yang paling berharga bagi mereka," ia menjelaskan. "Mereka mungkin telah melihat bahwa (pengorbanan orang dewasa) tidak efektif. Badai terus datang. Mungkin ada kebutuhan akan korban jenis baru (anak-anak)" kata Haagen Klaus, seorang profesor antropologi di George Mason University.
Kenapa para arkeolog mempunyai hipotesis seperti itu?
Hal tersebut didasari atas temuan lapisan lumpur hasil dari badai dan banji di garis pantai Huanchaquito yang serupa dengan hasil badai El Nino zaman sekarang.
Adapula hipotesa lain mengenai ritual mengerikan ini.
Yakni tentang persembahan kepada dewa-dewa agar kekaisaran Chimu diberi kekuatan supranatural untuk meladeni musuh-musuh yang hendak menyerang.
Namun jika ritual itu memang untuk mendapatkan kekuatan supranatural maka tampaknya anggapan tersebut salah lantaran beberapa tahun setelah ritual persembahan selesai dilaksanakan, kekaisaran Chimu runtuh pada tahun 1475 setelah diserang pasukan Inca.
Meskipun para arkeolog masih sukar bocah lelaki ataukah perempuan yang dipersembahkan dalam ritual namun ada fakta menarik bahwa yang dikorbankan bukan hanya dari suku kekaisaran Chimu tapi juga dari anak-anak etnis lain.(Seto Aji/Grid)
Source | : | The Telegraph,national geographic |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |