Ia melihat fenomena tilik atau menjenguk ke rumah sakit di Yogyakarta di tahun 2016 silam.
"Jadi, di sana dia melihat ada truk yang membawa orang banyak untuk menjenguk orang sakit di rumah sakit itu. Dia merasa fenomena itu unik dan sangat seksi untuk diangkat ke medium film," tutur Elena.
Namun, sampai kepadanya, menurut Elena, ide ini terlalu mahal untuk direalisasikan pada 2016.
"Akhirnya, 2 tahun berlalu, di 2018, ada Danais ini dan kami merasa siap. Kami submit, dibuat naskahnya, kita observasi ke desa di Jogja dimana fenomena itu ada dan jadilah film Tilik," jelasnya.
Ajang belajar bagi mereka yang terlibat
Elena mengatakan, film "Tilik" menjadi ajang belajar bagi banyak orang yang terlibat di dalamnya.
"Di film Tilik ini, dengan alat yang proper saat itu, dengan kru yang profesional. Semua orang profesional. Semua benar-benar bekerja sesuai tugas masing-masing. Jadi, kesulitannya lebih ke bagaimana penyesuaian kami menemukan produksi yang tepat," tutur Elena.
Selain itu, Elena menyebut syuting yang tidak menetap di satu tempat sempat menimbulkan kesulitan pada koordinasi.
"Pertama kalinya kami melakukan syuting travelling, tidak ada yang menetap. Tapi, dengan penyesuaian di hari pertama, hari-hari selanjutnya pun berjalan lancar," ujarnya.
"Semua kru juga memberi insight karena beberapa sudah ada yang lebih dulu berkecimpung di dunia film," jelasnya.
Source | : | Kompas.com,Tribunstyle.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |